Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Monday, January 01, 2007

L'Appareil photo, Jean-Philippe Toussaint


[L'Appareil photo, atau Kamera novel Jean-Philippe Toussaint. Diterbitkan oleh Les Editions de Minuits 1988. 127 halaman. ]

Ini novel kedua Jean-Philippe Toussaint yang ditampilkan di blog ini. Yang pertama, Fuir telah dibahas beberapa bulan yang lalu. Salah seorang pengunjung blog ini bahkan memberi kabar bahwa Fuir tengah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Asyik, kan?

Melihat tahun penerbitan novel yang satu ini, 17 tahun sebelum Fuir, kita bisa simpulkan bahwa Toussaint masih sangat muda. Ini dapat dilihat dari novelnya yang masih meledak-ledak, masih penuh semangat penulis muda, ketimbang Fuir yang lebih mantap dan dosis ledakannya ditakar dengan hati-hati. Tapi, justru di sanalah asyiknya membaca L'Appareil photo, novel yang penuh semangat, tanpa terlalu banyak pertimbangan, agak mentah, tapi justru kementahan dan keminimalan Toussaintlah yang membuatnya menjadi salah satu penulis terkemuka di sastra Prancis saat ini.


L'Appereil photo mengisahkan (kalau boleh disebut mengisahkan, karena bukankah novel harus mengisahkan sesuatu?) narator dan kisah cintanya dengan Pascale, seorang ibu dari anak laki-laki, yang baru saja bercerai. Identitas narator sendiri tidak terlalu jelas, apakah dia punya orang tua, dari mana asalnya, bref mungkin memang tidak penting. Pascale bekerja di sebuah kursus mengemudi, tempat narator belajar mengemudi. Perkenalan mereka terjadi di kursus ini, dan sejak saat itu, narator selalu saja berdekatan dengan Pascale.

Dari adegan perkenalan, muncullah berbagai macam adegan yang hampir tidak berkaitan satu sama lain, yang ada hanya urutan waktu adegan yang satu mendahului yang lain. Terkadang lompatan setting tempatpun dilakukan secara sangat tiba-tiba cenderung brutal, tapi mampu membangkitkan sensasi tersendiri bagi pembacanya. Beberapa adegan terasa kocak, tapi disajikan dengan bahasa yang cukup puitis, dengan kosa kata yang tidak terlalu rumit dan mengejutkan. Semua itu dibuat sejak kalimat pertama novel ini:

C'est à peu près à la même époque de ma vie, vie calme où ordinaire rien n'advenait, que dans mon horizon immédiat coîncidèrent deux événements qui, pris séparement, ne présentaient guère d'intérêt, et qui, considéreés ensemble, n'avaient malheureusement aucun rapport entre eux.

yang berupa narasi dari narator bahwa di tengah-tengah hidupnya yang tenang dan biasa-biasa saja, ada dua kejadian yang bila dipisahkan satu sama lain tidaklah menarik, dan kalau tidak dipisahkan kedua kejadian itu tidak berhubungan. Nah ...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home