Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Friday, January 12, 2007

La ville de Prodiges, Kota para talenta, Eduardo Mendoza


[La Ville des Prodiges, atau Kota para Talenta, karya Eduardo Mendoza. Diterjemahkan dari Spanyol ke Prancis oleh Olivier Rolin. Diterbitkan di Prancis pertama kali oleh Seuil, 1988. 405 halaman]

Setelah Sans nouvelles de Gurb, satu lagi karya Eduardo Mendoza di blog ini. Setalah Javier Cercas, satu lagi penulis Barcelona di blog ini. Kesemuanya bersetting Barcelona. Kedua novel Cercas bersetting Barcelona kontemporer, begitu pula Sans nouvelles de Gurb. Novel La Ville des Prodiges ini juga bersetting Barcelona.

Bedanya, novel yang ini bersetting di akhir abad XIX dan awal abad XX, tepatnya 1887 sampai 1929, yakni antara dua pameran universal besar yang diadakan di Barcelona. Yang pertama di daerah pusat Barcelona, yang kedua di daerah agak pinggiran di perbukitan Montjuic. Antara kedua tahun itu banyak sekali kejadian-kejadian penting yang mengubah bukan saja kehidupan tokoh utama novel ini, tapi juga Barcelona sendiri. Di antara kedua tahun itu misalnya terjadi penggunaan massal listrik. Barcelona yang pada awal novel mungkin terlihat gelap dari Montjuic misalnya, di akhir novel menjadi bercahaya. Lalu, di antara kedua tahun itu teknologi transportasi berkembang dengan pesat pula. Pesawat misalnya, mulai dapat digunakan, meski masih kesulitan dalam hal keselamatan terbang dan penggunaan bahan bakar. Di antara kedua tahun itu terselip pula perang dunia I, yang tidak melibatkan Spanyol.

Perubahan mode juga terjadi antara kedua tahun itu. Perempuan tidak lagi mengenakan gaun panjang, tapi menggunakan rok yang lebih pendek. Di novel ini secara lucu diceritakan bagaimana industri tekstil pada awalnya khawatir dengan trend rok ini, karena mereka khawatir penggunaan kain menjadi lebih sedikit.


Dengan setting sejarah yang penuh gejolak itulah, novel ini dibentuk. Tokoh utama novel ini bernama Onofre Bouvila, seorang anak dari sebuah kampung di Catalunya, datang ke Barcelona untuk mencari pekerjaan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, di Barcelona sedang ada pekerjaan besar menjelang Pameran Universal 1887. Dengan berbekal sedikit uang saja --hanya cukup untuk satu minggu menginap di sebuah penginapan-- dia yakin untuk mendapatkan pekerjaan.

Ternyata tidak semudah yang dia duga. Dia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, sampai akhirnya datang tawaran pekerjaan secara tidak terduga. Pekerjaan yang dia dapatkan adalah penyebar brosur bagi partai komunis-anarkis (a la Bakunin). Lalu diceritakanlah bagaimana dia memulai pekerjaan dengan lambat, namun akhirnya semakin lancar saja, meski resiko ditangkap polisi selalu ada.

Dari pekerjaan yang satu itu, berawallah karier luar biasa Onofre Bouvila. Dari seorang penyebar brosur anarkis, menjadi seorang borjouis besar Barcelona.

Novel ini asyik dibaca. Meski mengambil bentuk novel sejarah, yang biasanya disampaikan dengan gaya klasik, novel ini disampaikan dengan gaya yang asyik. Waktu yang berlompat-lompat, digresi di sana-sini, urutan kejadian-kejadian yang tidak dijelaskan, sampai humor yang bernada satir (misalnya adegan Gaudi yang berdiri di puncak gedung Sagrada Familia sambil memaki-maki pilot pesawat yang terbang di dekat puncak Sagrada Familia, adegan yang kemudian diangkat menjadi film King Kong). Kisah kesuksesan Onofre menjadi kaya dengan mengabaikan moral, melakukan pembunuhan kanan kiri untuk uang dan perempuan menjadi tema utama novel ini. Tak lupa pula kisah mafia Barcelona dan peperangan antar mereka untuk memperebutkan daerah kekuasaan di Barcelona.

*
Novel ini sebenarnya cukup sulit untuk diikuti. Jumlah tokoh yang banyak, dan juga setting sejarah Spanyol yang mungkin tidak cukup akrab bagi kebanyakan pembaca. Lalu, sepertinya buku ini juga sulit dicerna bagi yang tidak tahu sama sekali Barcelona, karena banyak adegan yang disampaikan dengan menekankan kekhasan tempat-tempat di Barcelona.

*

Novel ini pada tahun 1988 mendapat penghargaan sebagai novel asing terbaik di Prancis.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Monday, January 01, 2007

L'Appareil photo, Jean-Philippe Toussaint


[L'Appareil photo, atau Kamera novel Jean-Philippe Toussaint. Diterbitkan oleh Les Editions de Minuits 1988. 127 halaman. ]

Ini novel kedua Jean-Philippe Toussaint yang ditampilkan di blog ini. Yang pertama, Fuir telah dibahas beberapa bulan yang lalu. Salah seorang pengunjung blog ini bahkan memberi kabar bahwa Fuir tengah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Asyik, kan?

Melihat tahun penerbitan novel yang satu ini, 17 tahun sebelum Fuir, kita bisa simpulkan bahwa Toussaint masih sangat muda. Ini dapat dilihat dari novelnya yang masih meledak-ledak, masih penuh semangat penulis muda, ketimbang Fuir yang lebih mantap dan dosis ledakannya ditakar dengan hati-hati. Tapi, justru di sanalah asyiknya membaca L'Appareil photo, novel yang penuh semangat, tanpa terlalu banyak pertimbangan, agak mentah, tapi justru kementahan dan keminimalan Toussaintlah yang membuatnya menjadi salah satu penulis terkemuka di sastra Prancis saat ini.


L'Appereil photo mengisahkan (kalau boleh disebut mengisahkan, karena bukankah novel harus mengisahkan sesuatu?) narator dan kisah cintanya dengan Pascale, seorang ibu dari anak laki-laki, yang baru saja bercerai. Identitas narator sendiri tidak terlalu jelas, apakah dia punya orang tua, dari mana asalnya, bref mungkin memang tidak penting. Pascale bekerja di sebuah kursus mengemudi, tempat narator belajar mengemudi. Perkenalan mereka terjadi di kursus ini, dan sejak saat itu, narator selalu saja berdekatan dengan Pascale.

Dari adegan perkenalan, muncullah berbagai macam adegan yang hampir tidak berkaitan satu sama lain, yang ada hanya urutan waktu adegan yang satu mendahului yang lain. Terkadang lompatan setting tempatpun dilakukan secara sangat tiba-tiba cenderung brutal, tapi mampu membangkitkan sensasi tersendiri bagi pembacanya. Beberapa adegan terasa kocak, tapi disajikan dengan bahasa yang cukup puitis, dengan kosa kata yang tidak terlalu rumit dan mengejutkan. Semua itu dibuat sejak kalimat pertama novel ini:

C'est à peu près à la même époque de ma vie, vie calme où ordinaire rien n'advenait, que dans mon horizon immédiat coîncidèrent deux événements qui, pris séparement, ne présentaient guère d'intérêt, et qui, considéreés ensemble, n'avaient malheureusement aucun rapport entre eux.

yang berupa narasi dari narator bahwa di tengah-tengah hidupnya yang tenang dan biasa-biasa saja, ada dua kejadian yang bila dipisahkan satu sama lain tidaklah menarik, dan kalau tidak dipisahkan kedua kejadian itu tidak berhubungan. Nah ...


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Sunday, December 17, 2006

Sans nouvelles de Gurb, Tanpa Kabar dari Gurb, Eduardo Mendoza

[Sans nouvelles de Gurb. Eduardo Mendoza, 1990. 125 halaman. Diterbitkan pertama kali di Prancis tahun 1994 oleh Seuil. Diterjemahkan dari Spanyol Sin noticias de Gurb oleh François Masero. Diterbitkan pertama kali di Barcelona oleh Edition Seix Barral 1991]

Setelah dua novel Javier Cercas, kali ini penulis kontemporer Spanyol yang lain yang muncul di sini. Eduardo Mendoza. Eduardo Mendoza terkenal di Prancis dengan bukunya yang terbit tahun 1988 La Ville des prodiges yang bercerita tentang Barcelona. La Ville des prodiges mendapat penghargaan sebagai novel asing terbaik di Prancis pada tahun itu. Nah, saya tidak membaca La Ville des prodiges , tapi buku Mendoza yang lain yang lebih baru: Sans nouvelles de Gurb, atau Tanpa kabar dari Gurb.


Sans nouvelles de Gurb adalah sebuah novel kecil sederhana yang bercerita tentang kota Barcelona. Jenis novel Sans nouvelles de Gurb adalah novel komedi satire. Mendoza memilih narator dan tokoh "makhluk luar angkasa" yang mendarat di Barcelona untuk semakin memperkuat sisi komedi dan satire novel ini. Tema yang diangkat juga bermacam-macam, mulai dari perbedaan antara daerah kaya dan miskin di Barcelona, kejahatan, turis, cinta, shopping, kehidupan bertetangga, perbankan, sampai imigrasi.

Ini contoh kutipan yang menggambarkan satire tentang pemerintah Barcelona:

Il pleut a seaux. La pluie de Barcelone rassemble à l'activité de son Conseil municipal: elle est rare, mais quand elle tombe, elle est d'une brutalité stupéfiante.

Hujan turun sangat deras. Hujan di Barcelona mirip aktivitas pemerintah daerah: jarang, tapi begitu ada,aktivitasnya muncul dalam bentuk yang luar biasa brutalnya.

Cerita paling lucu di buku ini buat saya adalah saat tokoh utama bertemu dengan seorang imigran Cina yang bertujuan hendak ke San Fransisco, tapi karena kapalnya kecelakaan harus mendarat di Barcelona. Karena dia tidak belajar huruf latin, maka dia tidak tahu bahwa dia mendarat di Barcelona, bukannya San Fransisco. Setiap hari dia mencari-cari Golden Gate, tanpa hasil tentu saja.

Begitulah kira-kira isi novel komedi yang satu ini. Lucu. Di sana-sini terlihat agak berlebihan, tapi tak apa, yang penting di banyak bagian yang lain, komedi yang disajikan lumayan menghibur.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Sunday, December 10, 2006

Les Soldats de Salamine, Javier Cercas



[Les Soldats de Salamine, novel Javier Cercas. 237 halaman. Actes Sud, 2002. Pertama kali diterbitkan oleh Tusquets Editor, Barcelona 2001. Judul asli Soldados de Salamina. Diterjemahkan dari Spanyol oleh Elisabeth Beyer dan Alexander Grujicic.]

Setelah minggu lalu saya selesai baca Javier Cercas A la vitesse de la lumière, minggu ini buku Cercas yang lain yang baru saja saya selesaikan. Buku yang satu ini berjudul Les Soldats de Salamine, atau Serdadu dari Salamin. Perang Salamin, sejauh yang saya tahu adalah perang yang terjadi di Yunani sekitar 480 sebelum masehi. Tapi, meski Les Soldats de Salamine bercerita tentang perang sipil Spanyol tahun 1936 hingga 1939. Perang sipil Spanyol itu terjadi antara kubu republikan dan kubu nasionalis-fasis, yang dipimpin oleh Franco. Kubu nasionalis memenangi perang ini dan sejak saat itu Franco menjadi presiden diktator Spanyol hingga 1975.

Cercas mengambil sudut yang menarik dalam Les Soldats de Salamine ini. Novelnya ini berpusat pada kisah eksekusi mati yang gagal Rafael Sànchez Mazas. Rafael Sanchez Mazas adalah salah seorang tokoh politik kepercayaan Franco, yang di akhir perang sipil ditahan di Collell, tidak jauh dari Barcelona. Di sana, kubu republik memutuskan untuk mengeksekusi semua tahanan Collell sebelum mundur ke perbatasan Prancis karena desakan kubu nasionalis yang hampir memenangi perang Spanyol itu. Rafael Sanchez berhasil lolos dari eksekusi dan menyelamatkan diri ke hutan di daerah itu. Di hutan ini, dia bertemu dengan orang-orang yang menyelamatkannya dengan menyembunyikannya tak jauh dari farm yang sudah tidak dihuni lagi.

Narator novel ini tidak lain Cercas sendiri, yang melakukan penceritaan seputar eksekusi tersebut enam puluh tahun kemudian. Cerita yang mengambil bentuk new naration ini pada awalnya terasa lambat dan membingungkan dengan banyak kejadian dan tokoh-tokoh perang Spanyol yang mungkin tidak akrab bagi kebanyakan pembaca di luar Spanyol. Namun, lama kelamaan, cerita berkembang menjadi menarik, dengan nada yang tenang, terkadang melankolis, hingga pada akhir novel mau terbentuklah sebuah novel yang utuh dan luar biasa.

Bila minggu lalu kita membicarakan Cercas dan perang Vietnamnya, Cercas dan perang Spanyol di Les Soldats de Salamine mestinya lebih dekat dan lebih intim. Dengan bercerita tentang seorang fasis, novel ini mengambil sudut yang berani, yang mungkin tidak semua orang mau melakukannya. Tapi, novel ini mampu bercerita dari sudut seorang fasis, tanpa berpihak, tanpa menolak apa yang terjadi pada masa Franco. Novel ini mampu memberi nuansa lain dari perang sipil yang satu itu.

Seperti pada A la vitesse de la lumière, narator banyak menyampaikan perbincangannya dengan tokoh-tokoh yang terlibat langsung atau tidak langsung dengan cerita. Hampir semua disampaikan dengan kata-kata yang enak dibaca:

Je me souvins de Miguel Aguirre et dis:
- C'est possible. Mais toute les guerres sont pleines d'histoires romanesques, n'est-ce pas?
- Seulement pour celui qui ne vit pas.


Saya ingat Miguel Aguirre, lalu saya berkata:
"Mungkin saja. Seluruh perang penuh dengan cerita yang layak untuk diangkat sebagai cerita, bukan?"
"Hanya bagi yang tidak mengalaminya"

Begitulah, Javier Cercas dengan dua novelnya di blog ini. Sebenarnya Cercas menulis lebih dari kedua novel ini, tapi Soldados de Salamina dan La velocidad de la luz adalah dua novel yang mengantarnya dikenal oleh dunia di luar Spanyol.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Sunday, December 03, 2006

Javier Cercas, A la vitesse de la lumière


[A la vitesse de la lumière, Pada kecepatan cahaya, novel Javier Cercas, Actes Sud, 2006. Diterjemahkan dari Spanyol oleh Elisabeth Beyer dan Alexander Grujicic. Berjudul asli La velocidad de la luz, Tusquets Editores, Barcelona, 2005]

Mungkin perang merupakan tema yang paling sering diangkat oleh sastra. Tidak mengejutkan memang, karena perang adalah bencana kemanusiaan yang terbesar, dan sayangnya tidak bisa dilepaskan dari sejarah manusia. Selalu ada yang bisa diceritakan dari perang, tentang manusia yang terlibat, konflik batin pelakunya, heroisme, ataupun korban perang itu sendiri.

Novel A la vitesse de la lumière juga menceritakan tentang perang. Perang yang diangkat di sini adalah perang Vietnam. Novel ini bercerita tentang salah seorang pelaku perang Vietnam, Rodney Falk, yang pada awal novel bekerja di sebuah universitas di Urbana, Amerika Serikat, bersama narator, seorang pengajar sastra Spanyol.


Cerita tentang perang Vietnam itu sendiri tidak banyak kita temukan di novel ini. Dari novel ini kita lebih banyak mengikuti bagaimana kehidupan Rodney diubah oleh perang itu sendiri, tak henti dihantui oleh masa lalu, dan perubahan demi perubahan dalam hidup Rodney, yang baik dan yang buruk. Rodney yang dikenal di daerah tempat tinggalnya, seorang anak muda brilian sebelum panggilan yang diterimanya untuk perang ke Vietnam.

Novel ini bukan saja tentang perang, tapi juga tentang persahabatan, tentang kematian, tentang keluarga, tentang istri, anak, singkatnya tentang kemanusiaan. Novel ini juga bercerita tentang bagaimana sastra mampu menyuarakan semua nilai itu, tanpa hipokrisi, tanpa malu-malu. Sastra juga mampu menyelamatkan hidup manusia, meski di saat yang sama sastra tak mampu menyelamatkan Hemingway dari bunuh diri.

Dengan sudut pandang seorang sahabat, yang juga memiliki cerita hidupnya sendiri, novel ini sekali lagi lebih dari sekedar novel yang menceritakan perang. Novel ini bercerita juga tentang kesulitan hidup seorang penulis, tentang kesulitannya menghadapi kesuksesan. Apalagi Rodney, sang rekan berpendapat bahwa penulis adalah pekerjaan kotor, pekerjaan yang hanya dilakukan oleh orang yang tidak mampu melakukan hal lain selain bercerita, pekerjaan yang membuat seorang Hemingway bunuh diri?

Javier Cercas adalah seorang penulis yang tinggal di Gerone, tak jauh dari Barcelona. Selain di Urbana, sebagian besar novel ini mengambil setting Barcelona. Bisa jadi narator novel ini tak lain dari Cercas sendiri.

Novel Cercas sebelumnya Les Soldats de Salamine (Actes Sud 2002) merupakan novel pertamanya yang diterjemahkan dan menjamin karier internasionalnya. Novel A la vitesse de la lumière sendiri tengah diterjemahkan ke dalam dua puluh bahasa, dan dalam bahasa Inggris berjudul The Speed of Light (2007?). Bila novel pertamanya disambut dengan baik, maka novel A la vitesse ini diyakini jauh lebih hebat.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Saturday, December 02, 2006

Bret Easton Ellis (5/5 - habis): Blank Fiction


+ Ellis dikenal memperkenalkan jenis fiksi baru?
- Ya. Namanya blank fiction, atau fiksi kosong. Sering disebut juga breatpack. Novel-novel breatpack dapat dikenali dari temanya yang berbicara tentang dekadensi dan kebrutalan sosial. Sering pula disebut 'fiction of insurgency', 'new narrative', 'blank generation fiction', 'downtown writing', 'punk fiction', 'downtown writing', 'punk fiction'.

+ Ellis satu-satunya penulis fiksi kosong?
- Tidak, tapi dia merupakan tokoh sentralnya, bersama dengan Jay McInerney. Selain mereka berdua ada sederetan penulis lain yang dianggap beraliran fiksi kosong: Donna Tartt, Susanna Moore, Douglas Coupland, Sapphire, Katherine Texier, Mark Leyner, Ray Shell, Evelyn Lau, Dennis Cooper, Lynne Tillman, Gary Indiana, Don Delillo, and Joel Rose. Mereka semua menulis fiksi yang berfokus pada kehidupan anak muda Amerika (20-30 tahun), bercerita tentang kehidupan kota dan berfokus pada hubungan antara individual dan budaya konsumerisme. Yang juga khas dari mereka adalah alur cerita yang lebih lemah, tidak kuat seperti Toni Morisson misalnya. Alur novel mereka juga semakin memperkuat kesan kosong, karena hampir tidak ada awal, tengah, dan akhir yang kuat. American Psycho dan Less Than Zero misalnya, lebih mirip seperti kumpulan cerpen ketimbang novel yang utuh. Meski begitu, tetap saja kedua novel itu lebih berarti bila dibaca dari awal sampai akhir, tidak acak seperti kumpulan cerpen.

+ Jadi ciri khas fiksi kosong adalah kekerasan, konsumerisme, seks, dan narkotika?
- Ya. Narkotika mungkin hanya khas Ellis, karena penulis yang lain tidak sekuat Ellis dalam bercerita tentang narkotika. James Annesley dalam bukunya Blank Fictions menyebut lima tema penting fiksi kosong: kekerasan, seks, shopping, merek, dekadensi.

+ Kekerasan dan seks sebenarnya bukan dominasi fiksi kosong?
- Betul. Kita kenal banyak film yang mengangkat kekerasan dan seks ekstrem. Quentin Tarantino dengan Pulp Fictionnya dan Kill bill misalnya. Lalu kita bisa sebut juga Sin City. Lalu ada juga Sex, Lies, and Videotape karya Soderberg, Crash karya David Cronenberg, masih banyak lagi.

+ Anda menyebut Jay McInerney. Ellis dan McInerney sepertinya saling kenal?
- Ya. Mereka berdua sepertinya bersahabat baik. Bukan saja mereka bekerja untuk penerbit yang sama, mereka berdua dapat dikatakan sebagai pendiri fiksi kosong tahun 80-an.

+ Sudah baca McInerney?
- Belum. Tapi tertarik tentu saja. A Good Life novel McInerney terbaru yang muncul tahun 2006 mendapat sambutan sama baiknya dengan Lunar Park. Tapi karya McInerney yang terkenal itu Bright Lights, Big City (1986) dan Brightness Falls (1992). McInerney dan Ellis menggunakan simbol-simbol yang sama seperti kokain, Wall Street, dan pakaian bermerk. Mereka berdua disebut Annesley banyak mengangkat politik deregulasi dan pasar bebas Reagan.

+ Ellis bahkan menggunakan tokoh-tokoh yang muncul di novel McInerney.
- Ya. Tokoh Alison Poole yang diciptakan McInerney dalam novelnya, Story of My Life (1988), digunakan dalam Glamorama. Lebih jauh lagi, McInerney sendiri menjadi salah satu tokoh dalam Lunar Park. Tidak mengejutkan memang, karena Lunar Park bercerita tentang Bret Easton Ellis sendiri.

+ Seluruh penulis fiksi kosong menggunakan sudut pandang orang pertama?
- Saya kurang tahu, tapi seluruh novel Ellis menggunakan sudut pandang orang pertama. Menurut saya dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, kita bakal semakin lebih masuk ke dalam fiksi Ellis. Seperti yang saya sebut, dengan sudut pandang orang pertama kita semakin merasakan karakter kosong Patrick Bateman di American Psycho yang suka melupakan tokoh-tokoh di novel itu. Sudut pandang orang pertama yang tidak berusaha membangun cerita yang utuh, tapi lebih bertutur untuk bertutur, narator yang tidak bisa dipercaya, semakin memperkuat kesan kosong novel Ellis.

+ Ellis sendiri berpendapat seperti itu?
- Dalam sebuah wawancaranya Ellis pernah ditanya mengapa dia selalu menulis dari sudut pandang orang pertama. Ellis jawab karena dia menulis bukunya dengan cara lebih emosional ketimbang intelektual. "Saya selalu mulai dari sensasi dan sentimen. Keduanya kemudian berubah menjadi ide dan akhirnya menjadi tokoh. Saya membangun buku saya berdasarkan itu semua: cara narator saya melihat tokoh-tokoh lain, hal-hal di sekelilingnya, apa yang menarik baginya, dan cerita yang akan datang padanya."

+ Anda tadi menyebut James Annesley dan bukunya "Blank Fictions". Selain buku itu ada bahan lain yang menarik tentang Ellis?
- Karya Thomas Fenaert "Emptiness in the novels by Bret Easton Ellis" yang bisa diakses di Internet juga menarik: http://angellier.biblio.univ-lille3.fr/etudes_recherches/memoire_fenaert.html.

+ OK, kita hampir selesai. Mau memberi kutipan-kutipan lagi?
- Ya. Lagi-lagi dari American Psycho. Ada yang belum saya kutipkan di sini, yaitu adegan pembunuhan. Ini dia salah satu adegan pembunuhan. Di kutipan ini kita bisa lihat pentingnya peran narator dan juga kaitan yang erat antara konsumsi dan kekerasan:
"In an attempt to understand these girls I'm filming their deaths. With Torry and Tiffany I use a Minox LX ultraminiature camera that takes 9.5mm film, has a 15mm f/3.5 lens, an exposure meter and a built in neutral density filter and sits on a tripod".

+ Wah, ya, ya. Saya setuju sekali. Itu tadi campuran antara katalog kamera dan kekerasan.
- Ya. Patrick Bateman tidak lagi bisa membedakan antara dunia nyata manusia dengan katalog. Dia melakukan pembunuhan sambil merinci-rinci spesifikasi teknis kamera.

+ Ada lagi?
- Ya. Ini monolog Ellis yang merupakan gambaran apa yang ada di benaknya:
"Shirt from Charivari. Fussili I am thinking. Jami Gertz I am thinking. I would like to fuck Jami Gertz. Porche 911. A Sharpei I am thinking. I would like to own a Sharpei. i am twenty-six years old I am thinking. i will be twenty-seven next year. A Vallium. I would like a Valliam. No two Vallium I am thinking. Cellular phone I am thinking"


+ Ada kutipan soal merek?
- Ya. Ini dari Less Than Zero, perhatikan bahwa di sini merek mengambil peranan penting. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya tokoh-tokoh Ellis tidak memakai jas, tapi memakai Armani, tidak mengendarai mobil, tapi mengendarai BMW, tidak ke toko, tapi ke Neiman Marcus:
"My mother has spent most of this time probably at Neiman Marcus, and m siters have gone to Jerry Magnin ... I sit at the bar at La Scala Boutique bored out my mind, smoking, drinking red wine. Finally my mother drives up in her Mercedes and parks the car in front of La Scala and waits for me."

+ Tapi kutipan yang paling menarik ...
- This is No Exit, Dissapear here, dan People are afraid to merge.

+ Buku berikut Ellis?
- Kabarnya dia tengah menulis novel tentang Clay, tokoh yang muncul di Less Than Zero. Novelnya yang satu ini bisa dibilang menceritakan Clay dua puluh tahun kemudian.

+ Menarik. Ellis bisa mendapat Bookers atau Nobel?
- Jangan bercanda.

+ OK, OK. Ada lagi yang mau disampaikan?
- Sudah. Sudah cukup. Saya sedang cari buku McInerney, mudah-mudahan dapat.

+ O,ya. Sudah nonton film yang diangkat dari novel Ellis?
- Less Than Zero, ya.

+ OK. Mungkin kita bisa bahas di diskusi Apsas.
- Ya.

+ Terima kasih. Ada pintu ke luar?
- (Senyum).


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Friday, December 01, 2006

Bret Easton Ellis (4/5) : Lunar Park


Bagi kebanyakan orang, Lunar Park dianggap karya terbaik Bret Easton
Ellis. Di Prancis sini, Lunar Park bahkan mendapat penghargaan dari
majalah Lire sebagai buku terbaik tahun 2005. Pemberian penghargaan
itu sendiri cukup mengejutkan, karena jarang sekali karya terjemahan
mengalahkan karya lokal.

Orang beranggapan di Lunar Park Bret Easton Ellis telah menemukan
bagaimana menulis karya sastra tanpa harus meledak-ledak. Lunar Park
memang terasa lebih kalem, berwibawa, dan bertujuan ketimbang
novel-novel Ellis sebelumnya.

Ini saya sadurkan dari majalah Lire sewaktu Lunar Park diumumkan
sebagai pemenang (Lire edisi Desember 2005):

"
Tokoh Lunar Park bernama Bret Easton Ellis, seorang penulis yang
dikenal dengan karya American Psycho dan Less Than Zero. Pada awal
novel kita seolah disuguhi oleh otobiografi Bret Easton Ellis, narator
sekaligus penulis. Di sana, Bret Easton Ellis narator melakukan flash
back, menceritakan tahun-tahun kesuksesannya, ketika novel-novelnya
mengantarnya ke kesuksesan yang luar biasa. Tapi, tak lama kemudian,
cerita berubah drastis dari otobiografi menjadi fiksi tatkala Bret
Easton Ellis di novel bermetamorfosis menjadi seorang ayah, yang hidup
lebih teratur, tinggal bersama istri dan dua orang anaknya di daerah
chic di Midland. Di rumah inilah cerita berkembang. Bret Easton Ellis
didatangi oleh hantu ayahnya. Di seputarnya berkeliaran hantu ayahnya
dan suasana yang dekat dengan kematian sang ayah beberapa tahun
sebelumnya. Sementara itu, di Amerika muncul seorang pembunuh berseri
yang melakukan pembunuhan-pembunuhan yang mirip sekali dengan apa yang
diceritakan dalam American Psycho. Dari sini cerita berubah menjadi
cerita a la Stephen King dengan Bret Easton Ellis yang bingung,
tersiksa oleh hantu ciptaannya sendiri, di sebuah villa luks yang
berubah menjadi rumah hantu. Cerita ini mungkin saja merupakan sebuah
alegori hidup penulisnya sendiri, oleh masa kanak-kanaknya yang
terganggu, dan oleh karya-karyanya sendiri yang "diabolic". Mengambil
bentuk sebuah thriller, Lunar Park adalah cerita tentang peperangan
melawan diri sendiri, yang menjadikannya novel yang berkarakter kuat.
Meski novel ini lebih bercerita tentang Ellis, tema uang dan kehidupan
superfisial, tetap berada dalam koridor Ellis.
"

Dalam sebuah wawancara, Ellis mengaku bahwa Lunar Park diciptakannya
sebagai rasa hormatnya pada Stephen King. Berbeda dengan novel-novel
sebelumnya, Lunar Park lebih dapat dibaca, dalam artian novel ini
berawal, lalu jalan, dan akhirnya meraih akhir. Kesan ini tidak kita
dapat di novel-novelnya yang lain.

Berikut potongan wawancara Ellis lain tentang Lunar Park(Magazine
Litteraire Desember 2005):
+Anda membaca juga Stephen King -- Lunar Park terinsipirasi dari
Stephen King. Bacaan Anda cukup aneh...
- Ya, tapi orang hanya mengingat sisi buruk Stephen King. Stephen King
bukan sekedar buku horor, Shining berakhir dengan baik, tak banyak
orang yang sadar.
+ Di Glamorama, Anda terinsipirasi thriller spionase. Lunar Park,
horor. Anda bermain-main dengan dua genre ini?
- Ya, mungkin saja suatu hari saya terinspirasi roman detektif, black
roman, opera sabun... Tapi tidak akan dari science-fiction, entah
kenapa saya tidak tertarik dengan science-fiction. Mungkin karena
agak berjarak dengan naturalisme, dan saya menganggap diri saya
sebagai naturalis. Science fiction adalah genre sastra yang tidak
pernah membuat saya tersentuh, tidak tahu kenapa. Bahkan Philip K
sekalipun tak pernah saya anggap serius.
.
.
.
+ Lunar Park adalah otobiografi yang luar biasa fiktif tapi sekaligus
personel. Kita cukup menghilangkan elemen fantastis dari novel itu
untuk menemukan kisah masa kecil Anda.
- Tokoh Bret Easton Ellis itu saya sekaligus ayah saya. Pernikahan
dalam buku itu adalah contoh pernikahan yang terinsipirasi dari orang
tua saya, tapi jujur saja, pernikahan orang tua saya jauh lebih buruk.
Dan di sana, sayalah yang menjadi anak.
+ Lunar Park juga novel dengan narasi yang lebih klasik. Dalam
novel-novel pertam Anda, tokoh-tokoh Anda hidup dalam setting yang
sama dan berputar-putar yang membuat kita sulit untuk mendapatkan
keseluruhan cerita, dengan awal, tengah, dan akhir. Dengan mengambil
tokoh yang lebih dewasa, yang tentunya memiliki masa lalu dan masa
depan, Anda lebih bebas dalam menulis seperti novel klasik.
- Ya, setelah menjadi tua, kita sadar bahwa hidup sebenarnya memiliki
cerita. Bahwa ada awal, dan ada akhir. Tapi sebenarnya alasannya jauh
lebih sederhana, saya ingin menulis cerita hantu, tidak lagi satire
Amerika konsumerisme, dan untuk cerita semacam itu ada kode-kode
penulisan yang harus kita patuhi, ada cerita, deskripsi, suspense,
klimaks, kesimpulan, dan lain-lain.
+ Di Lunar Park tidak ada adegan seks yang membuat Anda memiliki
reputasi sebagai seorang heretik?
- Masalah untuk adegan semacam itu, ada usia yang membuat Anda tidak
mungkin lagi menulis adegan semacam itu tanpa membuat Anda seperti
orang tua yang menyebalkan. Lalu, adegan seks adalah adegan yang
sangat sulit untuk ditulis. Saya selalu menghindari penulisan dengan
metafor, karena metafor meruntuhkan segalanya "Buah dadanya terlihat
sebagai dua buah ranum" dan seterusnya. Itu jelek sekali. Hanya ada
dua kemungkinan adegan seks: klinik atau pornografi.
+ Lunar Park Anda tujukan untuk dua orang yang telah meninggal, yang
dekat dengan Anda, ayah Anda dan teman-teman Anda.
- Setelah apa yang saya alami, saya sekarang paham bahwa harus optimis
untuk bisa maju dalam hidup, tak ada gunanya menjadi seorang pesimis.
Kematian teman saya membuat saya optimis - optimis bukan berarti
bahagia - kematian mereka mengingatkan betapa rapuhnya nilai-nilai
hidup. Kedengarannya idiot ya? Maaf, tapi begitulah.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Thursday, November 30, 2006

Bret Easton Ellis (3/5) : American Psycho


Hari ketiga diskusi, pendek saja. Tentang American Psycho. Besok, kita
bakal lihat Lunar Park.

Sebelum mulai, ini ada link tentang Ellis di Times:
http://www.timesonline.co.uk/article/0,,7-1809390_1,00.html

American Psycho adalah karya Ellis yang paling kontroversial.
Membacanya seakan dipaksa percaya bahwa manusia adalah makhluk
sedemikian bobroknya sehingga mampu melakukan apapun.

Kisah seorang yuppie Amerika tinggal di Wall Street, bernama Patrick
Baateman. Patrick Bateman hanya melihat orang dari merek pakaiannya,
Armani atau Calvin Klein, tergila-gila dengan restoran mahal, hidup
dikelilingi model-model Elle, dan sering berada dalam pengaruh obat
bius. Perlahan-lahan, Bateman mulai mengalami perubahan, dan mulai
menjadi pembunuh serial.

Tokoh Patrick Bateman sendiri kemudian muncul singkat di Glamorama
(1998), dan mendapat porsi penting di Lunar Park (2005). Lucunya, di
Lunar Park, dalam sebuah pesta Halloween ada seorang yang berpakaian
seperti Patrick Bateman.

Ellis mengambil ayahnya sendiri sebagai inspirasi untuk tokoh Patrick
Bateman. (Ingat Kafka? Penulis dan ayahnya selalu bermasalah?)


Berikut ini kutipan dari majalah Lire (majalah sastra di Prancis):

Satire sosial, cerita tentang kelompok yuppie yang menjadi raja dalam
ekonomi tahun 80-90. Tokoh Patrick Bateman, materialis sejati, layak
untuk diperhatikan. Businessman berbalut Armani atau Christian Lacroix
di siang hari, pembunuh sadis malam hari, tidak punya sedikitpun
perasaan, kecuali ketika pakaiannya tidak ditangani dengan baik oleh
binatu langganannya. Dingin, hanya tertarik pada apa penampakan, hanya
mau bergaul dengan rekan sekelasnya yang dia temui di restoran
restoran elit ditemani model-model berkelebihan vitamin. Luar biasa
modis, terkadang dia berubah menjadi monster, membunuh pengemis yang
dibencinya, perempuan-perempuan yang tidak menyenangkannya atau rekan
kerja kantornya yang tak disukainya. Bret Easton Ellis meluncurkan
sebuah novel yang dipenuhi humor, cerita, dan hasrat untuk mengejutkan
dunia sastra kontemporer, antara seks, narkotika, darah, dan pekerjaan
(Juni 2000).


Seluruh eksemplar American Pscyho ditarik oleh editor Simon and
Schuster pada saat yang bersamaan dengan disebarkannya di toko-toko
buku, begitu sadar bahwa mereka tengah berurusan dengan Marquis de
Sade modern. Penerbit Knopf datang mengambil alih, dan atas nama
kebebasan berpendapat, menerbitkan kembali buku itu. Sejumlah orang
menganggap Ellis adalah seorang genius, bahwa pornografi serius yang
dikandung dalam buku itu tak lain adalah bentuk luar biasa sebuah
satire sosial dan dengan memunculkan kelainan seksual di setiap lembar
bukunya, tindak kriminal yang paling sadis, pengaruh narkotika yang
berkepanjangan, novel ini menujukkan luka paling dalam budaya modern.
(Maret 1999).


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Wednesday, November 29, 2006

Bret Easton Ellis (2/5) : Konsumerisme


+Apa yang khas dari Bret-Easton Ellis?

- Yang akan segera kita temui dari novel Ellis adalah tokoh-tokoh yang serupa dari novel satu dengan novel yang lain. Mereka berusia 20 - 30an, kaya, sangat kaya bahkan, mahasiswa di universitas terbaik atau eksekutif muda berpenghasilan tinggi. Lalu, yang akan segera pula kita temui saat kita membaca Ellis adalah penggunaan merek-merek. Tokoh-tokoh di novel Ellis tidak memakai kemeja, tapi memakai Armani, tidak memakai parfum tapi memakai Hermes, tidak mengendarai mobil, tapi mengendarai BMW. Manusia dinilai oleh para karakter Ellis dari apa yang mereka konsumsi, atau mungkin sebaliknya bagaimana merek mengonsumsi manusia. Dalam sebuah bab di American Psycho, narator bahkan menghabiskan tiga halaman untuk membahas sebuah produk kecantikan, cara penggunaannya, kelebihan dari yang lain, seolah-olah kita sedang dihadapkan pada iklan produk kecantikan.

Kalimat pertama American Psycho segera menunjukkan kecendrungan ini:

"ABANDON ALL HOPE YE WHO ENTER HERE is scrawled in blood red lettering on the side of the Chemical Bank near the corner of Eleventh and First and is in print large enough to be seen from the backseat of the cab as it lurches forward in the traffic leaving Wall Street and just as Timothy Price notices the words a bus pulls up, the advertisement for Les Miserables on its side blocking his view, but Price who is with Pierce & Pierce and twenty-six doesn't seem to care because he tells the driver he will give him five dollars to turn up the radio "Be My Baby" on WYNN, and the driver, black, not American, does so."


Segera kita lihat "Price who is in Pierce & Pierce". Price mengenakan Pierce & Pierce, bukan mengenakan jas, tapi Pierce & Pierce. Selain itu, kalimat di atas juga menunjukkan beberapa simbol seperti Chemical Bank, Wall Street, Les Miserables, dan "Be My Baby". Kita akan menemui lagi dan lagi dan lagi simbol-simbol merek, dunia finansial Amerika, film, dan musik. Ini kutipan lain dari American Psycho, bagaimana Bateman marah ketika orang tidak bisa mengenali Armani:

"And another thing", I yell, pacing. "It’s not Garrick Anderson either. The suit is by Armani! Giorgio Armani." I pause spitefully and, leaning into her, sneer "And you thought that was Henry Stuart. Jesus!" I slap her hard across the face and hiss the words "Dumb bitch", spraying her face with Spit"

"To Evelyn, I successfully Federal Expressed, through the office, a small box of flies along with a note, typed by Jean, saying that I never, ever wanted to see her face again and, though she doesn’t really need one, to go on a fucking diet."

Atau di Glamorama:

"I’m wearing Prada and mellowing out on immense dosages of Xanax and it’s a big hyped-up bash"

Simbol-simbol merek, dunia finansial, luxury, dan selebriti dibuat berlebihan, dibuat karikatural, tapi dengan penuh akurasi. Semua itu membuat pembaca pesimis akan dunianya. Padahal, seluruh simbol-simbol itu adalah simbol khas Amerika yang telah disebarkan oleh media sebagai "American Dream". Ellis menarik seluruh simbol-simbol itu ke titik ekstrem, yang membuat pembacanya berada dalam dunia yang absurd tapi sayangnya tidak bisa lari dari dunia itu: "There is no Exit" begitulah Ellis menyampaikan kesimpulannya. Kita berada dalam dunia kapitalisme yang menjunjung tinggi konsumsi, konsumsi, dan konsumsi, kita berada di dalamnya, terjebak, tak bisa lari, tak bisa keluar, dari pada bingung, kenapa tidak mengambil untung darinya?


+ Sekarang kita fokus ke karaketer di novelnya dulu, terutama protagonis American Psycho dan Less Than Zero: Patrick Bateman dan Clay. Anda sebut tadi karakter-karakter a la Ellis selalu berusaha setia dengan merek. Saya bermerek, maka saya ada. Kira-kira begitu?
- Kira-kira begitu. Tokoh-tokoh Ellis selalu berusaha untuk tetap "in" dengan identitas komunitas mereka: mode, musik, seks, dan narkotika. Mereka harus berpakaian desainer terkenal, majalah yang dibicarakan semua orang, dan juga media. Bila mereka tidak memenuhi identitas sosial, mereka akan tersingkir, dan menjadi tidak eksis. Tokoh-tokoh Ellis juga mungkin sulit dihafal, karena banyak, dan hampir tidak ada perkenalan dengan tokoh-tokoh itu. Itu mungkin cara Ellis menunjukkan bahwa identitas itu tidak penting, semua orang di lingkungan sosial yang mereka ciptakan menjadi tak beridentitas, dan kita tidak mungkin mengenal mereka.

Tokoh-tokoh itu selalu menganggap orang-orang yang tidak berbagi identitas dengan mereka sebagai orang aneh. Jane, misalnya, sekretaris Bateman. Bateman tidak berhasil berteman dengan Jane, meski Jane jatuh cinta padanya, karena Jane tidak melakukan ritual yang sama dengan kelompok sosial Bateman. Yang paling parah adalah Jane bisa jatuh cinta, padahal Bateman tidak percaya pada cinta, Bateman tidak percaya pada sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan merek, dengan petunjuk penggunaan, dengan citra yang diciptakan oleh media. Perempuan di American Psycho bahkan diwakili dengan satu kata menarik "hardbody".

Bateman hanya percaya pada "hardbody", bukan dengan perempuan. Perempuan, atau siapapun yang tulus, bagi Bateman adalah konyol dan superfisial.

Clay di Less Than Zero juga serupa. Hidup dalam kelompok yang memiliki aturan sosial yang terdiri dari merek pakaian apa yang dapat diterima oleh kelompok, majalah apa yang bisa dibaca, produk apa yang boleh dipakai.

+ Kita tidak terlalu mengenal tokoh-tokoh dalam American Psycho dan Less Than Zero karena naratornya memang tidak mengenal mereka?
- Ya. Mungkin. Narator dalam American Psycho dan Less Than Zero adalah Bateman dan Clay. Karena karakter mereka yang tidak menganggap orang di luar kelompok mereka sebagai orang yang layak diingat, akibatnya kita hanya mendapat sedikit saja gambaran tentang mereka. Dan ingat, Bateman dan Clay selalu menggambarkan orang dengan merek, jadi agak sulit untuk mengenali identitas pribadi tokoh-tokohnya. Di lain pihak, tokoh-tokoh yang menarik bagi narator selalu saja tokoh-tokoh yang mirip dengan narator sendiri. Akibatnya pembaca dipaksa masuk ke dunia Bateman dan Clay, terjebak di dalamnya, dan begitu selesai membaca novel, uhhh..., leganya karena pembaca bisa lari, tokoh-tokoh di novel tidak. Buat pembaca, "There is Exit", tidak bagi tokoh-tokoh Ellis.

+ Ah, lagi-lagi "There is no exit", terkenal sekali ya kalimat itu?
- Ya. Terkenal sekali. Kalimat dari American Psycho itu betul-betul menggambarkan keterjebakan tokoh-tokoh Ellis. Di Less Than Zero ada satu kalimat yang juga asyik, kalimat pertamanya: "People are afraid to merge on freeways in Los Angeles". Kalimat itu menggambarkan apa yang hendak disampaikan oleh Ellis. Kalau kamu di Los Angeles, kamu harus lebur ke jalan tol, dan lenyap. "Dissapear here" juga frasa yang muncul dan muncul lagi di Less Than Zero. Begitulah: identitas orang hilang di Los Angeles. "Dissapear here" sendiri muncul di novel itu sebagai tulisan di papan iklan, lagi-lagi permainan simbol Ellis hilang di dalam konsumerisme.

+ Lalu, apa Bateman dan Clay sadar bahwa mereka punya masalah?
Ya. Di American Psycho, Bateman berkali-kali (tidak sering, tentu saja) melakukan introspeksi:
" There is an idea of a Patrick Bateman, some kind of abstraction but there is no real me. […] Myself is fabricated. […] My conscience, my pity, my hopes disappeared a long time ago (probably at Harvard), if they ever did exist."

Atau Clay yang ingin mengucapkan selamat natal pada ibunya, tapi tidak pernah berhasil "The words just don't come"

+ OK. Benar-benar "no exit" dan "dissapear here" dong.
- Begitulah.

**
Artikel menarik tentang Ellis bisa dilihat di: http://www.ctheory.net/articles.aspx?id=346.



Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Monday, November 27, 2006

Bret Easton Ellis (1/5) : Perkenalan



+ Bret-Easton Ellis?
- Ya. Bret-Easton Ellis.

+ Ada hubungan dengan Sophie Ellis Bextor?
- Ya. Sama-sama punya Ellis di namanya.

+ Serius dong. Ada hubungan keluarga, famili, pacar, atau apa begitu?
- Tidak ada. Tapi dua-duanya sama-sama terkenal. Hanya saja Sophie
Ellis Bextor lebih baik baik.

+ Maksudnya?
- Saat ini Bret-Easton Ellis dikenal sebagai salah satu penulis
provokator di dunia sastra Amerika. Ada orang yang menganggap karyanya
murahan, ada yang menyanjungnya. Ada dua titik ekstrem tentang karya
Ellis.

+ Baik, baik. Jangan cepat-cepat bahas karyanya. Kenalan dulu.
Identitas personal?
- Laki-laki. Single. Penulis. Kelahiran Los Angeles, 7 Maret 1964.
Sekitar 180 cm, 80kg. Mobil Audi, A6. Anak dari jutawan Robert Martin
Ellis dan Dale Ellis.

+ Masih muda, ya?
- 42.

+ Site resmi?
- http://www.randomhouse.com/kvpa/eastonellis/

+ Karya-karyanya?
- Less Than Zero (1985), Rules of Attraction (1987), American
Psycho(1991), Glamorama (1998), Lunar Park (2005).

+ Lupa satu, ya?
O,ya. The Informers. Tapi yang satu ini kumpulan cerpen, bukan novel.



+ Ada yang difilmkan?
- Less Than Zero, Rules of Attraction, American Psycho 1 dan 2.
Glamorama juga mau difilmkan tapi entah kenapa terhenti. Selain itu
ada film dokumenter tentang Ellis berjudul This Is Not an Exit: The
Fictional World of Bret Easton Ellis.

+ Film dokumenter tentang Ellis?
Ya. Film itu bercerita tentang hidupnya dan karya-karyanya. "This is
not an exit" sendiri diambil dari American Psycho.

+ American Psycho itu novel tersuksesnya?
Ya. Juga yang paling kontroversial, setelah penerbitannya Ellis banyak
menerima protes, boikot, bahkan ancaman mati. Semua itu karena
American Psycho menyajikan kekerasan, kesadisan, dicampur dengan seks,
narkotika, dan konsumerisme.

+ Wah. Serem, kedengarannya.
- Memang.

+ Agak sinting?
- Sepertinya enggak. Dia penulis normal, kelihatan dari luar seperti
orang kalem. Jauh dari tokoh-tokohnya, Clay di Less than Zero, Patrick
Bateman di American Pscyho, Victor Ward di Glamorama, atau Bret Easton
Ellis di Lunar Park yang kelihatan tidak stabil.

+ Bret-Easton Ellis di Lunar Park?
- Ya. Tokoh Lunar Park bernama Bret Easton Ellis, yang juga penulis.
Bedanya di Lunar Park, Ellis menikah dengan Jayne Dennis, tokoh
fiktif, yang digambarkan pernah menikah dengan Keanu Reeves.

+ OK. Bukan ide baru menjadikan diri sendiri sebagai tokoh.
- Bukan. Kabarnya, Philip Roth juga pernah melakukannya.

+ Kalau mau mengenal Ellis harus baca Lunar Park?
- Lunar Park itu autobiografi fiktif, jadi tidak bisa dipakai untuk
mengenal Ellis. Tapi Bret Easton Ellis di Lunar Park, kata Ellis dalam
sebuah wawancara, adalah dia sendiri sekaligus ayahnya. Campuran
antara dua Ellis, Robert Martin Ellis dan Bret Easton Ellis.

+ OK. Sedikit tentang novel-novelnya sekarang. Jangan panjang-panjang,ya.
- OK.

+ Less Than Zero?
- Ditulis Ellis pada usia 20. Cerita tentang anak muda kaya yang
datang ke Los Angeles untuk menghabiskan liburan natal. Selama
liburan, Clay, anak muda itu diceritakan menghabiskan waktunya dari
pesta ke pesta, penuh dengan barang-barang bermerk, MTV, seks,
narkotika. Di Less Than Zero tentu saja ada kekerasan, tapi implisit.

+ Kalimat pembukanya?
- "People are afraid to merge on freeways in Los Angeles."

+ Mengingatkan pada sesuatu?
- Pada Holden di Catcher in the rye, J.D Salinger.

+ Clay itu tak lain dari Ellis?
- Mungkin.

+ Baik. Rules of Attraction?
- Bercerita juga tentang kehidupan mahasiswa kaya, yang lagi-lagi
dipenuhi dengan barang-barang bermerk, narkotika, seks, kekerasan.
Ellis berharap karyanya yang satu ini lebih sukses ketimban Less Than
Zero, tapi nyatanya karya yang satu ini adalah karya yang paling tidak
populer.

+ Kalimat pembukanya?
- Tidak tahu. Belum baca.

+ Ah. Karena tidak populer?
- Karena tidak populer.

+ Mau baca, kan?
- Ya.

+ OK. Sekarang, American Pscyho.
- Novel paling sukses dan kontroversial Bret-Easton Ellis. Bercerita
tentang seorang anak muda yuppie New York, 30 tahunan, bernama Patrick
Bateman, lulusan Harvard, bekerja di Wallstreet, serba berkecukupan.
Dengan cepat kita disuguhi konsumerisme pada titik yang ekstrem,
konsumsi barang-barang bermerk, ngumpul-ngumpul di cafe yang luar
biasa mahal, lalu perlahan-lahan kita akan dihadapkan pada Bateman
yang ternyata serial killer. Serial consumerism and then Serial
Killer, begitulah kira-kira.

+ American Pscyho ini 6 tahun setelah Less Than Zero. Patrick Bateman
itu Clay 6 tahun kemudian?
- Mungkin. Kebetulan Patrick Bateman berusia sekitar 30 tahunan.

+ Sadis?
- Ekstrem.

+ Hmm. Contoh?
- Penyiksaan orang sampai mati, korban pembunuhan dipotong-potong.
Sadisnya, hampir semua dilakukan tanpa sebab. Kalau mau, saya bisa
kutipkan...

+ Nanti. Nanti dulu. Jangan sekarang.
- OK.

+ Kalimat pembuka?
- Agak panjang. "ABANDON ALL HOPE YE WHO ENTER HERE is scrawled in
blood red lettering on the side of the Chemical Bank near the corner
of Eleventh and First and is in print large enough to be seen from the
backseat of the cab as it lurches forward in the traffic leaving Wall
Street and just as Timoty Price notices the words a bus pulls up, the
advertisemen for Les Miserables on its side blocking his view, but
Price who is with Pierce & Pierce and twenty-six doesn't seem to care
because he tells the driver he will give him five dollars to turn up
the radio "Be My Baby" on WYNN, and the driver, black, not American,
does so."

+ Hmm... provokatif sejak kalimat pertama: "Driver, black, not
American, does so."
- Mungkin.

+ Glamorama?
- Glamorama bercerita tentang seorang manager night-club celebritis
muda sekaligus model , 27 tahun, bernama Victor Ward. Mengambil
setting di New York, London, dan Paris. Berbeda dengan American Pscyho
yang menarik konsumerisme ke titik ekstrem, Glamorama menarik
kehidupan luxury dan glamor dengan semua simbolnya seperti paparazzi
ke titik ekstrem, dan membuatnya konyol, sama seperti American Pscyho
yang menarik konsumerisme ke titik ekstrem, dan menjadikannya lelucon.
Tentu saja, semua tetap dalam koridor Ellis: campuran antara
narkotika, seks, kekerasan, konsumerisme.

+ Asyik. Thriller, ya?
- Boleh dibilang. Sekarang saatnya untuk kalimat pembuka?

+ He...he..., bisa saja.
- Lebih panjang ketimbang American Pscyho:
"Specks-specks all over the third panel, see?- no, that one - the
second one up from the floor and I wanted to point this out to someone
yesterday but a photo shoot intervened and Yaki Nakamari or whatever
the hell the designer's name is - a master craftsman not - mistook me
for someone else so I couldn't register the complaint, but, gentlemen
-- and ladies -- there they are: specks, annoying, tiny specks, and
they don't look accidental but like they were somehow done by a
machine - so I don't want a lot of description; just the strory,
streamlined; no frills the lowdon: who, what, where, when and don't
leave out why, though I'm getting the distinct impression by the looks
on your sorry faces that why won't get answered -- now, come on,
goddamnit, what's the story"

+ Wah, kelihatan sibuk ya? Itu tadi Victor Ward yang bicara kan?
- Tepat.

+ Ingat sama Imperia,yang juga dimulai dengan sibuk-sibuk.
- Ya. Tapi Imperia dari orang ketiga...

+ O,ya. Tetap provokatif: gentlemen -- and ladies -- there they are.
- Ya. Tetap provokatif. O,ya. Untuk semakin provokatif, Ellis mengutip
Hitler di awal novel. "You make a mistake if you see what we as merely
political."

+ Menarik. Kita sudah ngobrol sedikit tentang Lunar Park tadi.
- Ya. Tokoh Lunar Park bernama Bret-Easton Ellis, penulis celebritis,
yang selalu bermasalah dengan narkotika. Tapi, Ellis digambarkan siap
memulai hidup baru, terbukti dengan menikahnya dia dengan Jayne
Dennis, perempuan cantik mantan istri Keanu Reeves. Pasangan itu
memiliki dua anak Robbie dan Sarah, Robbie sebenarnya anak biologis
Ellis jauh sebelum mereka menikah. Tapi, Ellis membantah meski test
ADN membukitkannya. Kasus itu tiba-tiba terhenti, dan beberapa tahun
kemudian Jayne dan Bret menikah.

+ Kamu sedang bercerita tentang plot cerita?
- Nggak, itu tadi bagian awal. Pelan-pelan, cerita beranjak jadi seru
dan menarik. Tidak seperti novel yang lain, Lunar Park agak beda dalam
hal alur dan gaya bercerita yang lebih bergelombang. Novel-novel yang
lain betul-betul datar.

+ OK. OK. Cukup dulu soal Lunar Park.
- Baik. Sekarang kalimat pertama bukan?

+ Kalimat pertama.
- Pendek: "You do an awfully good impression of yourself".

+ Menarik. Lalu kalimat kedua?
- Komentar kenapa kalimat pertamanya pendek "This is the first line of
Lunar Park and in its brevity and simplicity it was supposed to be a
return to form, an echo, of the opening line from my debut novel "Less
Than Zero": "People are afraid to merge on freeways in Los Angeles."

+ Aaah..., menarik. Tapi nggak terlalu provokatif ya?
- Lunar Park bila dibandingkan dengan yang lain memang tidak terlalu
provokatif.

+ Mungkin karena Clay yang jadi Patrick Bateman sudah dewasa sekarang?
- Mungkin. Ellis di novel bisa jadi Clay dan Patrick Bateman di usia
40 tahun.

+ OK. Cukup segitu dulu sekarang. Ada tambahan?
- Ya. Jadi kita bakal ngobrol soal Ellis yang selalu mengangkat tema
konsumerisme dan kaitannya dengan seks, narkotika, dan kekerasan.
Strategi novelnya hampir dikatakan selalu sama, menarik ke titik
ekstrem konsumerisme, menghubungkannya dengan kekerasan dan narkotika,
mau tidak mau ada seks di sana sini.

+ Di semua novelnya ada seks?
- Lunar Park tidak terlalu.

+ Aaah, Clay memang sudah dewasa..
- Clay memang sudah dewasa.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Tuesday, July 04, 2006

Le roman d'Olof Eyvind Johnson


[Le roman d'Olof (Novel Olof), karya Eyvind Johnson. Diterjemahkan dari Swedia oleh T.Hammar dan M.Metzger. Judul asli Romanen Om Olof Terbit pertama kali di Swedia tahun 1944/5. Edisi bahasa Prancis diterbitkan oleh Stock, tahun 1974. 198 halaman dengan pengantar oleh Lucien Maury]

Eyvind Johnson, penulis Swedia kelahiran Svartbjörnsbyn tahun 1900. Dia meraih penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1974, tahun diterbitkannya Le roman d'Olof untuk pertama kalinya di Prancis. Dia sempat tinggal di Paris tahun 1920-an dan bekerja di sebuah restoran. Selama tinggal di Paris inilah dia memulai perkenalannya dengan kesusastraan.

Eyvind Johnson disebut-sebut sebagai seorang penulis proletar karena banyak karyanya yang mengangkat tema kehidupan orang yang bekerja tapi berada pada lapisan sosial terbawah. Pada Le roman d'Olof ini misalnya, dia mengangkat tema kehidupan seorang buruh di pengolahan dan penebangan kayu, dan kemudian seorang buruh tani.


Le roman d'Olof meski disampaikan dengan sudut pandang orang ketiga merupakan otobiografi penulis. Novel ini berisi cuplikan hidup penulis di usia 14-an tahun, jadi di sekitar tahun 1914. Pada awal novel, Olof, tokoh utama novel ini, memutuskan untuk bekerja setelah lama tinggal di rumah orang tua adoptifnya. Dia bekerja di sebuah pengolahan dan penebangan kayu di Swedia bagian Selatan. Pekerjaan yang dijalaninya bukanlah pekerjaan mudah, apalagi bagi seorang 'anak' berusia 14 tahun. Sering bekerja malam, di tengah hutan, dengan para buruh lain yang kasar, kematian yang selalu mengintai entah karena masuk ke dalam sungai atau kecelakaan karena dinamit yang mereka gunakan, semua itu untuk menjalani profesi pengambang kayu tebangan.

Olof bekerja dalam satu tim kecil, dan dia menjadi anggota tim termuda. Anggota tim lain yang berusia paling dekat dengannya berusia dua puluh tahun. Meski demikian bekerja dengan mereka tidaklah sulit. Mereka semua cukup toleran. Yang tidak toleran adalah pekerjaannya itu sendiri. Maut yang mengancam dengan upah yang sedikit bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi, kebanyakan mereka menjalani karena memang hampir tidak ada pilihan lain. Meski demikian, seperti sering terjadi, meski tak banyak uang mereka tidak murah hati dalam urusan uang. Lihatlah tokoh August yang dengan murah hatinya menraktir rekan-rekannya minum dengan uang bonus yang didapatnya, meski bonus itu sendiri didapat oleh August dengan mempertaruhkan nyawanya: dia harus meledakkan dinamit.

Gaya bahasa yang dipilih Eyvind Johnson cukup puitis. Bagian awal novel yang menggambarkan perpisahannya dengan orang tua adoptif misalnya disampaikan dengan indah.

"Dikenangnya tahun-tahun yang dilewatinya di kediaman si perempuan. Si perempuan tak punya satu kekurangan apapun yang layak dicatat. Si perempuan berjalan di depannya supay a tak terpaksa menyaksikannya pergi..."

Isi novel ini menarik. Berbeda dengan kebanyakan novel yang dimuat di blog ini, dapat dikatakan novel ini adalah salah satu dari sedikit saja novel yang mengangkat kehidupan buruh. Novel lain yang mengangkat kehidupan kelas pekerja mungkin La Methode Milla. Tapi saya yakin, memang tidak banyak novel politis seperti novel-novel Johnson ini yang menunjukkan keberpihakan pada kaum buruh.

Sayangnya, saya merasa penerjemahan buku ini kurang mulus; banyak bagian yang cukup sulit untuk dimengerti. Mungkin ada batasan waktu yang membuat penerjemahan tidaklah terlalu mulus? (Buku ini terbit pada tahun yang bersamaan dengan terpilihnya Eyvind Johnson sebagai peraih nobel). Saya yakin, mestinya novel aslinya lebih baik ketimbang terjemahan yang mungkin terburu-buru ini.

Ini novel Swedia pertama yang saya muat di blog ini. Novel berikutnya, mungkin sesudah ini, juga novel Swedia. Penulisnya Ingmar Bergman.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Friday, June 16, 2006

On the road Jack Kerouac


[On the road, novel karya Jack Kerouac. Terbit pertama kali tahun 1957. Edisi yang saya baca ini edisi Penguin Classics 1991. 307 halaman + xxix]

Sudah cukup lama blog ini saya biarkan kosong. Padahal buku On the road sendiri sudah selesai sejak minggu lalu. Mungkin saya masih terkena demam festival Cannes hingga banyak film yang saya tonton belakangan ini. Mulai dari Marilyn Monroe dan Alferd Hitchcock sampai (lagi-lagi) Von Trier dan Emir Kusturica. Jadi agak susah menemukan waktu untuk menulis apa yang saya baca.

Nah, akhirnya bisa juga saya menulis tentang On the road.

On the road adalah novel legendaris yang kehadirannya menciptakan revolusi yang menyentuh lebih luas dari dunia sastra. Dari novel ini dan novel-novel Kerouac lainnya lahirlah generasi yang disebut generasi Beat atau generasi Beatnik. Kerouac tidak sendiri, William Burroughs adalah penulis lain.

Novel On the road sendiri bercerita tentang pencarian arti hidup seorang muda, tentang keinginannya untuk terbebas dari dunia material, dari uang, dan dari kebutuhan-kebutuhan superfisial lainnya, dari peraturan-peraturan, untuk menemukan sesuatu yang lebih berarti. Untuk menemukan arti persahabatan, cinta, singkatnya untuk menemukan arti hidup dengan membebaskan dari segala batasan.

Begitulah paling tidak cara narator, Sal Paradise meraih tujuannya. Bersama sahabatnya Dean Moriarty, berdua melakukan perjalanan melintasi Amerika dari New York hingga Denver, San Fransisco, Nebraska, Chicago, dan Meksiko. Semua itu dengan menggunakan transportasi publik seperti bus atau melakukan hitchhike dari mobil satu ke mobil lain, dari truk satu ke truk lain.

Selama perjalanan, tentu saja banyak orang yang mereka temui. Banyak perempuan yang mereka cintai. Banyak pengalaman yang diraih. Banyak pertanyaan baru yang muncul. Singkatnya, banyak kisah yang dapat diceritakan. Semuanya disampaikan dalam novel yang menarik ini.

Bagi saya bagian paling menarik novel ini adalah ketika Sal dan Dean mengendarai sebuah Cadilac untuk melakukan perjalanan hingga Chicago. Lalu juga kisah cintanya dengan seorang perempuan Meksiko, Terry. Atau perjalanannya ke Meksiko. Atau juga rencana perjalanannya ke Italia. Asyik.

*

Novel ini sendiri memiliki kekhususannya tersendiri. Novel ini ditulis secara spontan oleh Kerouac selama tiga hari tanpa henti. Manuskripnya sendiri berupa kertas bermeter-meter yang digunakan Kerouac untuk menyelesaikannya. Ini membuat novel ini mungkin terasa mentah, atau pure tergantung apakah kita mau pejoratif atau tidak.

Novel ini muncul pada masa yang bersamaan dengan The catcher in the rye. Kalau The catcher in the rye dapat dikatakan gambaran anak remaja yang tengah mencari identitas, maka On the road adalah versi hardnya, versi seseorang yang lebih dewasa, lebih matang. Bagi saya The catcher in the rye memang kalah menarik dibanding On the road ini. Mungkin karena usia saya lebih dekat dengan Sal dari pada dengan Holden?

O,ya. Novel yang satu ini disebut-sebut, atau tepatnya menjadi inspirasi seorang tokohnya, dalam novel Haruki Murakami yang pernah diobrolkan di blog ini. Buku Kerouac lain yang disebut di novel itu adalah Lonesome Traveller, yang tentunya sudah masuk antrian bacaan saya juga.

Tapi belum, kita belum sampai di sana. Rencana saya, ke depan kita akan jalan-jalan ke Swedia menemui dunia lain, menemui Eyvind Johnson, Ingmar Bergman, Bjorn Larsson, atau Selma Lagerlof.


Read more/ Suite / Selengkapnya!