Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Friday, January 12, 2007

La ville de Prodiges, Kota para talenta, Eduardo Mendoza


[La Ville des Prodiges, atau Kota para Talenta, karya Eduardo Mendoza. Diterjemahkan dari Spanyol ke Prancis oleh Olivier Rolin. Diterbitkan di Prancis pertama kali oleh Seuil, 1988. 405 halaman]

Setelah Sans nouvelles de Gurb, satu lagi karya Eduardo Mendoza di blog ini. Setalah Javier Cercas, satu lagi penulis Barcelona di blog ini. Kesemuanya bersetting Barcelona. Kedua novel Cercas bersetting Barcelona kontemporer, begitu pula Sans nouvelles de Gurb. Novel La Ville des Prodiges ini juga bersetting Barcelona.

Bedanya, novel yang ini bersetting di akhir abad XIX dan awal abad XX, tepatnya 1887 sampai 1929, yakni antara dua pameran universal besar yang diadakan di Barcelona. Yang pertama di daerah pusat Barcelona, yang kedua di daerah agak pinggiran di perbukitan Montjuic. Antara kedua tahun itu banyak sekali kejadian-kejadian penting yang mengubah bukan saja kehidupan tokoh utama novel ini, tapi juga Barcelona sendiri. Di antara kedua tahun itu misalnya terjadi penggunaan massal listrik. Barcelona yang pada awal novel mungkin terlihat gelap dari Montjuic misalnya, di akhir novel menjadi bercahaya. Lalu, di antara kedua tahun itu teknologi transportasi berkembang dengan pesat pula. Pesawat misalnya, mulai dapat digunakan, meski masih kesulitan dalam hal keselamatan terbang dan penggunaan bahan bakar. Di antara kedua tahun itu terselip pula perang dunia I, yang tidak melibatkan Spanyol.

Perubahan mode juga terjadi antara kedua tahun itu. Perempuan tidak lagi mengenakan gaun panjang, tapi menggunakan rok yang lebih pendek. Di novel ini secara lucu diceritakan bagaimana industri tekstil pada awalnya khawatir dengan trend rok ini, karena mereka khawatir penggunaan kain menjadi lebih sedikit.


Dengan setting sejarah yang penuh gejolak itulah, novel ini dibentuk. Tokoh utama novel ini bernama Onofre Bouvila, seorang anak dari sebuah kampung di Catalunya, datang ke Barcelona untuk mencari pekerjaan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, di Barcelona sedang ada pekerjaan besar menjelang Pameran Universal 1887. Dengan berbekal sedikit uang saja --hanya cukup untuk satu minggu menginap di sebuah penginapan-- dia yakin untuk mendapatkan pekerjaan.

Ternyata tidak semudah yang dia duga. Dia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, sampai akhirnya datang tawaran pekerjaan secara tidak terduga. Pekerjaan yang dia dapatkan adalah penyebar brosur bagi partai komunis-anarkis (a la Bakunin). Lalu diceritakanlah bagaimana dia memulai pekerjaan dengan lambat, namun akhirnya semakin lancar saja, meski resiko ditangkap polisi selalu ada.

Dari pekerjaan yang satu itu, berawallah karier luar biasa Onofre Bouvila. Dari seorang penyebar brosur anarkis, menjadi seorang borjouis besar Barcelona.

Novel ini asyik dibaca. Meski mengambil bentuk novel sejarah, yang biasanya disampaikan dengan gaya klasik, novel ini disampaikan dengan gaya yang asyik. Waktu yang berlompat-lompat, digresi di sana-sini, urutan kejadian-kejadian yang tidak dijelaskan, sampai humor yang bernada satir (misalnya adegan Gaudi yang berdiri di puncak gedung Sagrada Familia sambil memaki-maki pilot pesawat yang terbang di dekat puncak Sagrada Familia, adegan yang kemudian diangkat menjadi film King Kong). Kisah kesuksesan Onofre menjadi kaya dengan mengabaikan moral, melakukan pembunuhan kanan kiri untuk uang dan perempuan menjadi tema utama novel ini. Tak lupa pula kisah mafia Barcelona dan peperangan antar mereka untuk memperebutkan daerah kekuasaan di Barcelona.

*
Novel ini sebenarnya cukup sulit untuk diikuti. Jumlah tokoh yang banyak, dan juga setting sejarah Spanyol yang mungkin tidak cukup akrab bagi kebanyakan pembaca. Lalu, sepertinya buku ini juga sulit dicerna bagi yang tidak tahu sama sekali Barcelona, karena banyak adegan yang disampaikan dengan menekankan kekhasan tempat-tempat di Barcelona.

*

Novel ini pada tahun 1988 mendapat penghargaan sebagai novel asing terbaik di Prancis.


Read more/ Suite / Selengkapnya!

o

Monday, January 01, 2007

L'Appareil photo, Jean-Philippe Toussaint


[L'Appareil photo, atau Kamera novel Jean-Philippe Toussaint. Diterbitkan oleh Les Editions de Minuits 1988. 127 halaman. ]

Ini novel kedua Jean-Philippe Toussaint yang ditampilkan di blog ini. Yang pertama, Fuir telah dibahas beberapa bulan yang lalu. Salah seorang pengunjung blog ini bahkan memberi kabar bahwa Fuir tengah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Asyik, kan?

Melihat tahun penerbitan novel yang satu ini, 17 tahun sebelum Fuir, kita bisa simpulkan bahwa Toussaint masih sangat muda. Ini dapat dilihat dari novelnya yang masih meledak-ledak, masih penuh semangat penulis muda, ketimbang Fuir yang lebih mantap dan dosis ledakannya ditakar dengan hati-hati. Tapi, justru di sanalah asyiknya membaca L'Appareil photo, novel yang penuh semangat, tanpa terlalu banyak pertimbangan, agak mentah, tapi justru kementahan dan keminimalan Toussaintlah yang membuatnya menjadi salah satu penulis terkemuka di sastra Prancis saat ini.


L'Appereil photo mengisahkan (kalau boleh disebut mengisahkan, karena bukankah novel harus mengisahkan sesuatu?) narator dan kisah cintanya dengan Pascale, seorang ibu dari anak laki-laki, yang baru saja bercerai. Identitas narator sendiri tidak terlalu jelas, apakah dia punya orang tua, dari mana asalnya, bref mungkin memang tidak penting. Pascale bekerja di sebuah kursus mengemudi, tempat narator belajar mengemudi. Perkenalan mereka terjadi di kursus ini, dan sejak saat itu, narator selalu saja berdekatan dengan Pascale.

Dari adegan perkenalan, muncullah berbagai macam adegan yang hampir tidak berkaitan satu sama lain, yang ada hanya urutan waktu adegan yang satu mendahului yang lain. Terkadang lompatan setting tempatpun dilakukan secara sangat tiba-tiba cenderung brutal, tapi mampu membangkitkan sensasi tersendiri bagi pembacanya. Beberapa adegan terasa kocak, tapi disajikan dengan bahasa yang cukup puitis, dengan kosa kata yang tidak terlalu rumit dan mengejutkan. Semua itu dibuat sejak kalimat pertama novel ini:

C'est à peu près à la même époque de ma vie, vie calme où ordinaire rien n'advenait, que dans mon horizon immédiat coîncidèrent deux événements qui, pris séparement, ne présentaient guère d'intérêt, et qui, considéreés ensemble, n'avaient malheureusement aucun rapport entre eux.

yang berupa narasi dari narator bahwa di tengah-tengah hidupnya yang tenang dan biasa-biasa saja, ada dua kejadian yang bila dipisahkan satu sama lain tidaklah menarik, dan kalau tidak dipisahkan kedua kejadian itu tidak berhubungan. Nah ...


Read more/ Suite / Selengkapnya!