Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Friday, December 01, 2006

Bret Easton Ellis (4/5) : Lunar Park


Bagi kebanyakan orang, Lunar Park dianggap karya terbaik Bret Easton
Ellis. Di Prancis sini, Lunar Park bahkan mendapat penghargaan dari
majalah Lire sebagai buku terbaik tahun 2005. Pemberian penghargaan
itu sendiri cukup mengejutkan, karena jarang sekali karya terjemahan
mengalahkan karya lokal.

Orang beranggapan di Lunar Park Bret Easton Ellis telah menemukan
bagaimana menulis karya sastra tanpa harus meledak-ledak. Lunar Park
memang terasa lebih kalem, berwibawa, dan bertujuan ketimbang
novel-novel Ellis sebelumnya.

Ini saya sadurkan dari majalah Lire sewaktu Lunar Park diumumkan
sebagai pemenang (Lire edisi Desember 2005):

"
Tokoh Lunar Park bernama Bret Easton Ellis, seorang penulis yang
dikenal dengan karya American Psycho dan Less Than Zero. Pada awal
novel kita seolah disuguhi oleh otobiografi Bret Easton Ellis, narator
sekaligus penulis. Di sana, Bret Easton Ellis narator melakukan flash
back, menceritakan tahun-tahun kesuksesannya, ketika novel-novelnya
mengantarnya ke kesuksesan yang luar biasa. Tapi, tak lama kemudian,
cerita berubah drastis dari otobiografi menjadi fiksi tatkala Bret
Easton Ellis di novel bermetamorfosis menjadi seorang ayah, yang hidup
lebih teratur, tinggal bersama istri dan dua orang anaknya di daerah
chic di Midland. Di rumah inilah cerita berkembang. Bret Easton Ellis
didatangi oleh hantu ayahnya. Di seputarnya berkeliaran hantu ayahnya
dan suasana yang dekat dengan kematian sang ayah beberapa tahun
sebelumnya. Sementara itu, di Amerika muncul seorang pembunuh berseri
yang melakukan pembunuhan-pembunuhan yang mirip sekali dengan apa yang
diceritakan dalam American Psycho. Dari sini cerita berubah menjadi
cerita a la Stephen King dengan Bret Easton Ellis yang bingung,
tersiksa oleh hantu ciptaannya sendiri, di sebuah villa luks yang
berubah menjadi rumah hantu. Cerita ini mungkin saja merupakan sebuah
alegori hidup penulisnya sendiri, oleh masa kanak-kanaknya yang
terganggu, dan oleh karya-karyanya sendiri yang "diabolic". Mengambil
bentuk sebuah thriller, Lunar Park adalah cerita tentang peperangan
melawan diri sendiri, yang menjadikannya novel yang berkarakter kuat.
Meski novel ini lebih bercerita tentang Ellis, tema uang dan kehidupan
superfisial, tetap berada dalam koridor Ellis.
"

Dalam sebuah wawancara, Ellis mengaku bahwa Lunar Park diciptakannya
sebagai rasa hormatnya pada Stephen King. Berbeda dengan novel-novel
sebelumnya, Lunar Park lebih dapat dibaca, dalam artian novel ini
berawal, lalu jalan, dan akhirnya meraih akhir. Kesan ini tidak kita
dapat di novel-novelnya yang lain.

Berikut potongan wawancara Ellis lain tentang Lunar Park(Magazine
Litteraire Desember 2005):
+Anda membaca juga Stephen King -- Lunar Park terinsipirasi dari
Stephen King. Bacaan Anda cukup aneh...
- Ya, tapi orang hanya mengingat sisi buruk Stephen King. Stephen King
bukan sekedar buku horor, Shining berakhir dengan baik, tak banyak
orang yang sadar.
+ Di Glamorama, Anda terinsipirasi thriller spionase. Lunar Park,
horor. Anda bermain-main dengan dua genre ini?
- Ya, mungkin saja suatu hari saya terinspirasi roman detektif, black
roman, opera sabun... Tapi tidak akan dari science-fiction, entah
kenapa saya tidak tertarik dengan science-fiction. Mungkin karena
agak berjarak dengan naturalisme, dan saya menganggap diri saya
sebagai naturalis. Science fiction adalah genre sastra yang tidak
pernah membuat saya tersentuh, tidak tahu kenapa. Bahkan Philip K
sekalipun tak pernah saya anggap serius.
.
.
.
+ Lunar Park adalah otobiografi yang luar biasa fiktif tapi sekaligus
personel. Kita cukup menghilangkan elemen fantastis dari novel itu
untuk menemukan kisah masa kecil Anda.
- Tokoh Bret Easton Ellis itu saya sekaligus ayah saya. Pernikahan
dalam buku itu adalah contoh pernikahan yang terinsipirasi dari orang
tua saya, tapi jujur saja, pernikahan orang tua saya jauh lebih buruk.
Dan di sana, sayalah yang menjadi anak.
+ Lunar Park juga novel dengan narasi yang lebih klasik. Dalam
novel-novel pertam Anda, tokoh-tokoh Anda hidup dalam setting yang
sama dan berputar-putar yang membuat kita sulit untuk mendapatkan
keseluruhan cerita, dengan awal, tengah, dan akhir. Dengan mengambil
tokoh yang lebih dewasa, yang tentunya memiliki masa lalu dan masa
depan, Anda lebih bebas dalam menulis seperti novel klasik.
- Ya, setelah menjadi tua, kita sadar bahwa hidup sebenarnya memiliki
cerita. Bahwa ada awal, dan ada akhir. Tapi sebenarnya alasannya jauh
lebih sederhana, saya ingin menulis cerita hantu, tidak lagi satire
Amerika konsumerisme, dan untuk cerita semacam itu ada kode-kode
penulisan yang harus kita patuhi, ada cerita, deskripsi, suspense,
klimaks, kesimpulan, dan lain-lain.
+ Di Lunar Park tidak ada adegan seks yang membuat Anda memiliki
reputasi sebagai seorang heretik?
- Masalah untuk adegan semacam itu, ada usia yang membuat Anda tidak
mungkin lagi menulis adegan semacam itu tanpa membuat Anda seperti
orang tua yang menyebalkan. Lalu, adegan seks adalah adegan yang
sangat sulit untuk ditulis. Saya selalu menghindari penulisan dengan
metafor, karena metafor meruntuhkan segalanya "Buah dadanya terlihat
sebagai dua buah ranum" dan seterusnya. Itu jelek sekali. Hanya ada
dua kemungkinan adegan seks: klinik atau pornografi.
+ Lunar Park Anda tujukan untuk dua orang yang telah meninggal, yang
dekat dengan Anda, ayah Anda dan teman-teman Anda.
- Setelah apa yang saya alami, saya sekarang paham bahwa harus optimis
untuk bisa maju dalam hidup, tak ada gunanya menjadi seorang pesimis.
Kematian teman saya membuat saya optimis - optimis bukan berarti
bahagia - kematian mereka mengingatkan betapa rapuhnya nilai-nilai
hidup. Kedengarannya idiot ya? Maaf, tapi begitulah.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home