Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Wednesday, November 29, 2006

Bret Easton Ellis (2/5) : Konsumerisme


+Apa yang khas dari Bret-Easton Ellis?

- Yang akan segera kita temui dari novel Ellis adalah tokoh-tokoh yang serupa dari novel satu dengan novel yang lain. Mereka berusia 20 - 30an, kaya, sangat kaya bahkan, mahasiswa di universitas terbaik atau eksekutif muda berpenghasilan tinggi. Lalu, yang akan segera pula kita temui saat kita membaca Ellis adalah penggunaan merek-merek. Tokoh-tokoh di novel Ellis tidak memakai kemeja, tapi memakai Armani, tidak memakai parfum tapi memakai Hermes, tidak mengendarai mobil, tapi mengendarai BMW. Manusia dinilai oleh para karakter Ellis dari apa yang mereka konsumsi, atau mungkin sebaliknya bagaimana merek mengonsumsi manusia. Dalam sebuah bab di American Psycho, narator bahkan menghabiskan tiga halaman untuk membahas sebuah produk kecantikan, cara penggunaannya, kelebihan dari yang lain, seolah-olah kita sedang dihadapkan pada iklan produk kecantikan.

Kalimat pertama American Psycho segera menunjukkan kecendrungan ini:

"ABANDON ALL HOPE YE WHO ENTER HERE is scrawled in blood red lettering on the side of the Chemical Bank near the corner of Eleventh and First and is in print large enough to be seen from the backseat of the cab as it lurches forward in the traffic leaving Wall Street and just as Timothy Price notices the words a bus pulls up, the advertisement for Les Miserables on its side blocking his view, but Price who is with Pierce & Pierce and twenty-six doesn't seem to care because he tells the driver he will give him five dollars to turn up the radio "Be My Baby" on WYNN, and the driver, black, not American, does so."


Segera kita lihat "Price who is in Pierce & Pierce". Price mengenakan Pierce & Pierce, bukan mengenakan jas, tapi Pierce & Pierce. Selain itu, kalimat di atas juga menunjukkan beberapa simbol seperti Chemical Bank, Wall Street, Les Miserables, dan "Be My Baby". Kita akan menemui lagi dan lagi dan lagi simbol-simbol merek, dunia finansial Amerika, film, dan musik. Ini kutipan lain dari American Psycho, bagaimana Bateman marah ketika orang tidak bisa mengenali Armani:

"And another thing", I yell, pacing. "It’s not Garrick Anderson either. The suit is by Armani! Giorgio Armani." I pause spitefully and, leaning into her, sneer "And you thought that was Henry Stuart. Jesus!" I slap her hard across the face and hiss the words "Dumb bitch", spraying her face with Spit"

"To Evelyn, I successfully Federal Expressed, through the office, a small box of flies along with a note, typed by Jean, saying that I never, ever wanted to see her face again and, though she doesn’t really need one, to go on a fucking diet."

Atau di Glamorama:

"I’m wearing Prada and mellowing out on immense dosages of Xanax and it’s a big hyped-up bash"

Simbol-simbol merek, dunia finansial, luxury, dan selebriti dibuat berlebihan, dibuat karikatural, tapi dengan penuh akurasi. Semua itu membuat pembaca pesimis akan dunianya. Padahal, seluruh simbol-simbol itu adalah simbol khas Amerika yang telah disebarkan oleh media sebagai "American Dream". Ellis menarik seluruh simbol-simbol itu ke titik ekstrem, yang membuat pembacanya berada dalam dunia yang absurd tapi sayangnya tidak bisa lari dari dunia itu: "There is no Exit" begitulah Ellis menyampaikan kesimpulannya. Kita berada dalam dunia kapitalisme yang menjunjung tinggi konsumsi, konsumsi, dan konsumsi, kita berada di dalamnya, terjebak, tak bisa lari, tak bisa keluar, dari pada bingung, kenapa tidak mengambil untung darinya?


+ Sekarang kita fokus ke karaketer di novelnya dulu, terutama protagonis American Psycho dan Less Than Zero: Patrick Bateman dan Clay. Anda sebut tadi karakter-karakter a la Ellis selalu berusaha setia dengan merek. Saya bermerek, maka saya ada. Kira-kira begitu?
- Kira-kira begitu. Tokoh-tokoh Ellis selalu berusaha untuk tetap "in" dengan identitas komunitas mereka: mode, musik, seks, dan narkotika. Mereka harus berpakaian desainer terkenal, majalah yang dibicarakan semua orang, dan juga media. Bila mereka tidak memenuhi identitas sosial, mereka akan tersingkir, dan menjadi tidak eksis. Tokoh-tokoh Ellis juga mungkin sulit dihafal, karena banyak, dan hampir tidak ada perkenalan dengan tokoh-tokoh itu. Itu mungkin cara Ellis menunjukkan bahwa identitas itu tidak penting, semua orang di lingkungan sosial yang mereka ciptakan menjadi tak beridentitas, dan kita tidak mungkin mengenal mereka.

Tokoh-tokoh itu selalu menganggap orang-orang yang tidak berbagi identitas dengan mereka sebagai orang aneh. Jane, misalnya, sekretaris Bateman. Bateman tidak berhasil berteman dengan Jane, meski Jane jatuh cinta padanya, karena Jane tidak melakukan ritual yang sama dengan kelompok sosial Bateman. Yang paling parah adalah Jane bisa jatuh cinta, padahal Bateman tidak percaya pada cinta, Bateman tidak percaya pada sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan merek, dengan petunjuk penggunaan, dengan citra yang diciptakan oleh media. Perempuan di American Psycho bahkan diwakili dengan satu kata menarik "hardbody".

Bateman hanya percaya pada "hardbody", bukan dengan perempuan. Perempuan, atau siapapun yang tulus, bagi Bateman adalah konyol dan superfisial.

Clay di Less Than Zero juga serupa. Hidup dalam kelompok yang memiliki aturan sosial yang terdiri dari merek pakaian apa yang dapat diterima oleh kelompok, majalah apa yang bisa dibaca, produk apa yang boleh dipakai.

+ Kita tidak terlalu mengenal tokoh-tokoh dalam American Psycho dan Less Than Zero karena naratornya memang tidak mengenal mereka?
- Ya. Mungkin. Narator dalam American Psycho dan Less Than Zero adalah Bateman dan Clay. Karena karakter mereka yang tidak menganggap orang di luar kelompok mereka sebagai orang yang layak diingat, akibatnya kita hanya mendapat sedikit saja gambaran tentang mereka. Dan ingat, Bateman dan Clay selalu menggambarkan orang dengan merek, jadi agak sulit untuk mengenali identitas pribadi tokoh-tokohnya. Di lain pihak, tokoh-tokoh yang menarik bagi narator selalu saja tokoh-tokoh yang mirip dengan narator sendiri. Akibatnya pembaca dipaksa masuk ke dunia Bateman dan Clay, terjebak di dalamnya, dan begitu selesai membaca novel, uhhh..., leganya karena pembaca bisa lari, tokoh-tokoh di novel tidak. Buat pembaca, "There is Exit", tidak bagi tokoh-tokoh Ellis.

+ Ah, lagi-lagi "There is no exit", terkenal sekali ya kalimat itu?
- Ya. Terkenal sekali. Kalimat dari American Psycho itu betul-betul menggambarkan keterjebakan tokoh-tokoh Ellis. Di Less Than Zero ada satu kalimat yang juga asyik, kalimat pertamanya: "People are afraid to merge on freeways in Los Angeles". Kalimat itu menggambarkan apa yang hendak disampaikan oleh Ellis. Kalau kamu di Los Angeles, kamu harus lebur ke jalan tol, dan lenyap. "Dissapear here" juga frasa yang muncul dan muncul lagi di Less Than Zero. Begitulah: identitas orang hilang di Los Angeles. "Dissapear here" sendiri muncul di novel itu sebagai tulisan di papan iklan, lagi-lagi permainan simbol Ellis hilang di dalam konsumerisme.

+ Lalu, apa Bateman dan Clay sadar bahwa mereka punya masalah?
Ya. Di American Psycho, Bateman berkali-kali (tidak sering, tentu saja) melakukan introspeksi:
" There is an idea of a Patrick Bateman, some kind of abstraction but there is no real me. […] Myself is fabricated. […] My conscience, my pity, my hopes disappeared a long time ago (probably at Harvard), if they ever did exist."

Atau Clay yang ingin mengucapkan selamat natal pada ibunya, tapi tidak pernah berhasil "The words just don't come"

+ OK. Benar-benar "no exit" dan "dissapear here" dong.
- Begitulah.

**
Artikel menarik tentang Ellis bisa dilihat di: http://www.ctheory.net/articles.aspx?id=346.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home