Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Friday, January 06, 2006

Requiem for a nun, William Faulkner

[Requiem for a nun, William Faulkner. Vintage International, April 1971 (245 pages). First published by Random House Inc. 1951]

Untuk memudahkan penyebutan, saya menyebut Requiem for a nun dalam post ini sebagai novel, meski sebenarnya ia adalah naskah drama.

***

Novel ini adalah sequel dari novel Sanctuary, diterbitkan 20 tahun setelah novel itu, tapi menceritakan Temple Drake 8 tahun setelah kejadian yang menimpanya di novel tersebut.

Setelah proses peradilan Goodwin selesai, Temple berangkat ke Prancis, dan Gowan Stevens menyusul untuk akhirnya menikahi Temple dan melakukan bulan madu di Prancis Selatan. (Untuk pengingat, terakhir kali Gowan bertemu Temple adalah pada malam terjadinya kekerasan, di tempat Goodwin). Temple kemudian resmi menjadi Mrs. Stevens dan sebagai bukti penyesalan atas tindak lakunya, Gowan tidak pernah lagi menyentuh alkohol.

Delapan tahun kemudian, Temple berusia dua puluh lima, pasangan itu memiliki dua anak. Anak bungsunya masih bayi, berusia delapan bulan, ketika ia dibunuh oleh pelayan negro mereka, Nancy Mannigoes.

Cerita sendiri dimulai pada pukul 5 sore, 13 November, di pengadilan Jefferson, Yoknapatawpha County, daerah tradisional cerita Faulknerian. Saat itu Nancy sedang di pengadilan untuk tuduhan melakukan pembunuhan anak pasangan Stevens. Pengadilan memutuskan hukuman mati atas pembunuhan yang ia lakukan itu.

It is the sentence of this court that you be taken from hence back to the county jail of Yoknapatawpha County and there on the thirteenth day of March be hanged by the neck until you are dead. And may God have mercy on your soul.

Begitulah, Nancy dijadwalkan untuk dihukum mati 13 Maret tahun berikutnya.

Dua hari sebelum hukuman mati dilaksanakan, 11 Maret, Temple kembali dari California ke Jefferson, dengan tujuan menyelamatkan Nancy dari hukuman gantung. Bersama dengan seorang pengacara bernama Gavin Stevens, paman Gowan Stevens, mereka berusaha agar hukuman tidak dilaksanakan. Mengapa Temple menyelamatkan Nancy? Karena menurutnya Nancy adalah satu-satunya orang yang berbicara dalam bahasa Temple, dan bukan dalam bahasa Mrs. Stevens.

Untuk menyelamatkan Nancy, Gavin Stevens dan Temple mengunjungi kediaman the governor tengah malam. Temple hendak menceritakan hal-hal baru dalam kasus Nancy ini. Ternyata, di kediaman the governor, Temple tak mampu menceritakan hal-hal baru. Ia lebih banyak bercerita tentang kejadian yang menimpanya delapan tahun yang lalu, penderitaannya, tapi juga bagaimana ia menikmati masa penculikannya oleh Popeye. Dari ceritanya yang tak eksplisit ini, samar-samar kita dapat menemukan bahwa jauh di hati terdalam Temple, ia merasa pembunuhan anaknya sebagai sesuatu yang wajar. Ia bahkan yakin bahwa ialah yang membunuh anak itu, delapan tahun yang lalu, saat ia pergi naik mobil dengan suaminya, Gowan Stevens. Samar-samar pula kita merasakan kehadiran Pete, laki-laki yang dikirimi surat-surat cinta oleh Temple.

***

Requiem for a nun sebenarnya bukanlah sebuah novel. Ia adalah naskah drama, terdiri dari tiga babak. Tiap babak disertai prosa panjang masing-masing belasan halaman berisi sejarah Jefferson, berdirinya kota Jefferson dari sebuah settlement , berkembangnya kota, dan juga sejarah penjara kota Jefferson, tempat Nancy ditahan.

Prosa-prosa yang mengawali setiap babak yang tidak ada hubungan langsung dengan para tokoh hadir sebagai simbol bahwa masa lalu tidaklah dapat hilang begitu saja. Masa lalu Jefferson, membentuk masa kininya, sebagai mana masa lalu Temple membentuk terbunuhnya bayinya, oleh satu-satunya orang yang dapat mengertinya.

***

Saya pikir, Requiem for a nun tidak dapat dibaca secara independen, ia harus dibaca setelah Sanctuary untuk dapat mengerti latar belakang cerita. Banyak orang menganggap Requiem for a nun ini bukanlah karya yang baik. Saya tidak setuju. Buat saya, novel ini disajikan dalam bentuk yang menarik. Bentuk yang dipilih Faulkner mengentalkan tema cerita, yakni masuk ke dalam psikologi Temple, korban tindak kekerasan seksual.

Karakter Temple menempati pusat cerita dengan jelas, tidak seperti dalam Sanctuary di mana ia harus bersaing dengan Benbow.

***

Requiem for a nun kemudian diadaptasi menjadi sebuah drama, bukan lagi novel, oleh Albert Camus, sastrawan Prancis terkemuka. Judul dramanya adalah Requiem pour une nonne. Tadinya saya berminat untuk menyaksikan pentas Requiem pour une nonne, tapi sampai sekarang masih belum ada kepastian apakah saya akan nonton teaternya atau tidak (6-10 Januari di Theatre National de Nice).

0 Comments:

Post a Comment

<< Home