Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Monday, December 05, 2005

L'Attrape-Coeurs J.D Salinger: Krisis

[L'Attrape-Coeurs, J.D. Salinger translated from American to French by Annie Saumont. Original title: The Catcher in the rye]

Jumat sore, 2 Desember 2005, di kantor.

Jalan-jalan mengunjungi blog Pierre Assouline. Ada posting tentang buku biografi Robert Laffont. Ada cerita bagaimana Laffont membeli hak penerjemahan untuk The Catcher in the rye hanya berdasarkan insting. Saat itu J.D Salinger belum cukup terkenal.

***
Jumat malam, 2 Desember 2005.

Ide bahwa tidak ada buku yang bisa langsung dibaca setelah Le Radeau de La Médusenya Weyergans cukup mengganggu. Buku pesanan saya, Snownya Pamuk dan Sanctuarynya Faulkner baru datang paling cepat pertengahan minggu. Tiba-tiba ada pikiran, bagaimana kalau cari The Catcher in the rye di perpustakaan besok? Ah, nggak. Besok harus cari Le Pitrenya Weyergans, atau Le naufrage de la médusenya Alexandre Corréard, atau Histoire des gauches en France atau Mon nom est Rouge (My name is Red)nya Pamuk.

***

Sabtu pagi, 3 Desember 2005.

Perpustakaan Le Cannet. Saya lupa siapa nama pengarang Le naufrage de la méduse dan juga Histoire des gauches en France, akibatnya kedua buku tersebut tak bisa ditemukan. Mon nom est rougenya juga tidak ketemu, meski buku Pamuk yang lainnya ada. Pergilah saya mencari J.D Salinger. Saya tidak ingat judul terjemahan The Catcher in the rye, tapi hanya ada satu buku Salinger, L'Attrape-Coeurs. Saya baca sampul luarnya:

C'est en 1953 que paraissait dans la collection <<Pavillon>> sous le titre L'attrape-coeurs, la premiere traduction francaise d'un romain américain The Catcher in the Rye dont l'auteur, J.D Salinger, était encore inconnu.

***

Sabtu malam,3 Desember 2005.


Sepakbola. AS-Monaco - Le Mans: 2-0, François Modesto dan Olivier Sorlin.

***

Senin pagi, 5 Desember 2005.

Anak saya bangun. Panik! Jam berapa ini?
Semalam suntuk saya pakai untuk baca L'Attrape-Coeurs
Ketinggalan bus, terlambat ke kantor.

***
Sebuah akhir pekan juga, Desember juga, tapi 1950-an.

Seorang anak muda berusia enam belas tahun, Holden Caulfield, yang juga bertindak sebagai narator. Dari narasinya, kita dapati seorang anak muda sinis, mengritik segala sesuatu di sekelilingnya, dan karenanya terasing. Tapi, si anak muda juga seorang yang rasa ingin tahunya banyak. Ia selalu ingin tahu ke mana perginya bebek-bebek yang muncul di danau dekat Central Park South mulai musim semi, selagi musim dingin -- saat danau membeku . Apakah ada truk yang membawa mereka pergi? Atau mereka pergi begitu saja?

Holden Caulfield anak laki-laki dari keluarga berada. Kakaknya, yang ia sebut-sebut D.B bekerja di Hollywood, perfilman. Adik perempuannya Phoebé, bersekolah di New York dan tinggal bersama kedua orang tuanya. Adiknya yang lain, Allie, adiknya yang terdekat dalam segala artian, meninggal karena leukemia.

Konteks narasi novel ini tak jelas, sepertinya hanya beberapa saat setelah novel ini berakhir.

Cerita dimulai pada sebuah hari Sabtu tak lama setelah Holden dikeluarkan dari sekolahnya, Pencey, karena ia gagal di empat dari lima kelas yang ia ambil. Dikeluarkan dari sekolah bukanlah pengalaman pertamanya, Pencey adalah sekolahnya yang keempat. Meski dikeluarkan, ia masih punya waktu untuk dapat tetap tinggal di Pencey sampai hari Rabu, sebelum kembali ke tempat tinggal orang tuanya di New York. Hari Sabtu itu ia sempat berdiskusi dengan dua orang temannya, Ackley dan Stadlater. Ia merasa sebal dengan mereka berdua, Ackley yang tidak menjaga kebersihan, dan Stadlater yang sok ganteng. Tengah malam, ia bahkan terlibat perkelahian dengan Stadlater yang berkencan dengan Jane Gallagher, gadis yang pernah ia kencani dan tetap ia hormati. Perkelahian itu disulut oleh pengakuan Stadlater bahwa ia berhubungan seks dengan Jane.

Perkelahian itu membuat Holden memutuskan untuk meninggalkan Percey secepatnya. Namun, ia tak berani begitu saja pulang ke rumahnya dan memberi tahu keputusan sekolahnya itu sendiri. Ia memilih untuk datang hari Rabu, setelah surat dari sekolah tentang pengeluarannya itu diterima oleh kedua orang tuanya. Untuk menunggu hari Rabu ia tinggal di sebuah hotel.

Menunggu hari Rabu tampaknya bukan merupakan sesuatu yang mudah. Ia gugup. Ia mencoba menghubungi perempuan penari telanjang yang ia kenal dari seorang teman, tapi tak bisa, ia tidak dapat datang menemani Holden malam itu. Ia mencoba mencari teman perempuan di diskotek hotel Lavender Room, juga tak terlalu berhasil, para gadis dari Seattle itu tak terlalu memperhatikannya. Terlebih lagi, Lavender Room tutup malam hari. Lantas, ia coba beranjak ke Ernie. Tak terlalu berhasil. Ia bertemu dengan Lillian Simmons, seorang gadis yang hanya berusaha untuk membuat Holden bercerita tentangnya pada D.H. Buat Holden, tingkah Simmons ini memuakkan, dan ia memutuskan untuk kembali ke hotelnya.

Ia bertemu Maurice, pegawai hotel, yang menawarkan seorang prostitusi. Sunny namanya. Tapi, Holden tak berniat berhubungan seks dengannya. Ia bayar dan membiarkan Sunny pergi begitu saja. Cerita dengan mereka tak berhenti begitu saja, Maurice kembali: masalah keuangan

Esok tidaklah lebih baik, dan pembaca dibawa terus ke dalam pengalaman Holden yang lain. Kencannya yang gagal dengan Sally, obrolan yang tidak nyambung dengan Luce. Ia selalu saja merasa korban, dan tak henti-hentinya mengritik orang lain. Semuanya itu membuatnya semakin tertekan.

***
Senin malam, 5 Desember 2005.

Novel ini menarik. Ceritanya lancar, dan bahasa Prancis yang digunakan cukup membantu pembaca untuk cepat menghabiskan buku ini. Hanya saja, saya merasa sedikit aneh dengan beberapa istilah yang dipergunakan. Saya harus membaca edisi bahasa Inggrisnya untuk dapat memutuskan apakah penerjemahannya memang baik atau tidak.

Novel ini baru saja diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia. Wah, rasanya ingin tahu edisi bahasa Indonesianya. Mestinya, menerjemahkan buku ini ke bahasa Indonesia bukanlah pekerjaan mudah.

Akhir pekan saya jauh lebih baik dari akhir pekan Holden.
Apakah saya harus mengritik Holden yang telah membuat saya terlambat naik bis pagi ini?

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

setelah ditrjemahkan ke dalam bahasa indonesia beberapa waktu yang lalu, saya malah baru membacanya di tahun 2009 ini. novel ini membuat saya begitu penasaran karena di sampul belakang edisi terbitan bahasa indonesianya tertulis: "mengapa buku ini disukai para pembunuh?". dan terkadang, jika benar-benar ingin menggalinya lebih dalam, saya tidak terlalu mengetahui jawaban pertanyaan tersebut. (rosa)

2:14 pm  

Post a Comment

<< Home