Thursday, December 29, 2005
Asiles de fous, Régis Jauffret: Mendung
[Asiles de Fous, Régis Jauffret. Gallimard, 2005. French. 211 pages]
Damien, seorang laki-laki berusia tiga puluh satu tahun,bekerja di sebuah perusahaan di Paris, sering bepergian ke kantor pusatnya di Toulouse, anak dari pasangan bourgeois yang tinggal di Versailles, menurut ibunya bertinggi 184 cm.
Gisèle, perempuan, 29 tahun, pengangguran, berlatar belakang pendidikan sastra, meski tak berhasil meraih diploma, pasangan hidup Damien.
Joseph, atau François (tergantung sudut pandang) Verdery, insinyur pensiunan, enampuluh tahunan, tukang ledeng amatir, belum pernah menginstall westafel, ayah Damien Verdery, 178 cm menurut istrinya.
Solange Verdery, istri Joseph Verdery (atau François Verdery menurut sudut pandang Gisèle), orang tuanya berasal dari Bretagne, menurutnya ia bertinggi 163 cm.
***
15 Oktober 2004.
Damien berangkat kerja, seperti hari-hari lainnya. Seringkali ia harus terbang dari Paris ke Toulouse untuk pekerjaannya, dan kembali malam hari yang sama. Seperti hari itu, jumat 15 Oktober 2004 , ia harus terbang ke Toulouse. Pagi itu, sama seperti hari lainnya, percakapan sepertinya berlangsung normal (paling tidak begitulah yang diceritakan salah satu narator Gisèle, yang pagi itu menggunakan haknya sebagai narator).
(halaman 30)
Ia mengatakan bahwa ia mulai bosan dengan bolak-balik dengan pesawat mingguannya. -- Saya bahkan tak bisa meluruskan kaki saya, saya takut sekali dengan lubang udara -- Sabtu, kita jogging di bois de Vincennes. -- Saya sudah janji dengan seorang teman mengganti ban motornya -- Kamu tidak akan menghabiskan satu hari penuh dengannya kan? -- Sabtu masih jauh -- Bila saya cukup berani, saya akan mengecat meja dapur
Tak lama setelah Damien meninggalkan Gisèle di apartemennya, François datang ke apartemen mereka dengan membawa westafel baru. Ia akan mengganti westafel tua yang mereka miliki dengan westafel yang baru ini.
Ternyata, François datang dikirim oleh Damien untuk mengumumkan bahwa ia memutuskan untuk meninggalkan Gisèle. Ia juga datang, selain untuk mengganti westafel yang dikirim sebagai kado perpisahan, untuk mengangkut seluruh barang Damien, termasuk sebotol anggur yang ia hadiahkan untuk Damien. Ia mengangkat lemari, komputer, tirai, meja, semua. Tak lupa, ia meninggalkan pakaian Gisèle, dan harddisk komputer agar Gisèle bisa menggunakan file-file di dalamnya. Akhirnya, ia meminta Gisèle membantunya menurunkan lemari yang ia bawa pulang.
***
Kedua orang tua Damien mendukung sepenuhnya keputusan Damien meninggalkan Gisèle, bahkan sang ayah rela dikirim oleh sang anak untuk mengumumkan perpisahannya itu. Tak hanya itu, meski pengumuman dan penarikan barang-barang Damien dilakukan secara brutal, kedua orang tua Damien tetap saja merasa bahwa Gisèle tidak saja seharusnya membantu Joseph menurunkan lemari tanpa ribut-ribut, ia juga seharusnya berterima kasih pada kedua orang tua itu.
***
Novel ini adalah novel satirik disampaikan dengan humor satirik. Seperti karya Régis Jauffret lainnya (univers, univers yang juga sudah dimuat di blog ini), pilihan kata disampaikan secara puitis, meski isinya penuh kekerasan. Untuk menghayati keindahan, dan kesinisan novel ini mau tak mau harus di'ucap'kan. Tanda baca seperti koma dan titik digunakan untuk membantu pengucapan, tidak semata-mata untuk membangun kalimat.
Seperti karya Régis Jauffret lainnya, lagi-lagi ia mengangkat seorang wanita biasa sebagai protagonis, dan selalu penuh kemurungan. Humor-humor yang disampaikan di sana sini semakin mengentalkan kemurungan, karena humor-humor itu penuh kesinisan.
Di tangan penulis lain, plot dan karakter novel ini mungkin akan biasa-biasa saja. Tapi, keunikan Régis Jauffret membuatnya menjadi lebih dari biasa.
Novel ini meraih penghargaan Femina 2005. Saya cukup suka dengan gaya Régis Jauffret dalam novel ini.
1 Comments:
merci beaucoup
atas informasi tentang buku asiles de fous...karena sgt membantu saya terutama untuk skripsi saya yang akan meneliti tentang roman asiles de fous...
fi-3
Post a Comment
<< Home