Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Sunday, December 04, 2005

Le Radeau de la méduse , François Weyergans: Personal

[Le Radeau de la méduse, François Weyergans, 1983. The photo is taken from amazon and it is not the 1983 version, the version that I read. I forgot to take the photo of the book before it found its way back to the library]

***

Juli 1816.Sebuah kapal Prancis berlayar menuju Senegal. Kapal in kemudian kandas di perairan Mauritania. Kapten kapal dan seorang pejabat tinggi negara beserta keluarganya, dan beberapa orang penting lainnya menyelamatkan diri. Sekitar lima puluhan orang ditinggalkan begitu saja di kapal dengan ditinggalkan sedikit saja bahan makanan. Orang-orang ini berhasil membuat sebuah rakit untuk dapat bertahan hidup sambil berharap meraih daratan secepatnya. Mereka tinggal di rakit ini selama hampir 20 hari, melawan lapar, haus, dan keputusasaan.

Persediaan makanan yang sangat terbatas membuat seorang berharap kematian yang lain, untuk kemudian menjadi bahan makanan. Dibantu oleh seorang ahli bedah, mereka selalu dapat menemukan bagian terbaik dari tubuh manusia yang lain. Untuk minum, mereka mendaur ulang urine mereka sendiri.

***

1819. Hanya beberapa tahun setelah rakit itu kemudian meraih daratan, seorang pelukis Theodore Gericault, pelukis Prancis beraliran romantis, membuat lukisan besar (berlebar hampir tujuh meter) bergambarkan rakit itu, berjudul Le Radeau de la méduse (rakit La Méduse). Lukisan tersebut dipajang sekarang di museum Louvre, Paris. Foto di bawah ini adalah sampul buku lain yang memuat tiruan gambar Le Radeau de la méduse karya Gericault
(gambar diambil dari amazon.fr), yang mungkin akan saya baca bulan depan.


***
2005. Saya membaca kisah tentang Antoine, seorang sutradara yang mendapatkan pesanan film dokumenter tentang lukisan Gericault ini. Buku yang saya baca itu mengambil judul yang sama dengan lukisan Gericault, Le radeau de la méduse karya François Weyergans, penulis yang baru saja dianugerahi Goncourt untuk bukunya Trois jours chez ma mère. Buku ini saya dapatkan dari perpustakaan kota Le Cannet.

Para pembaca buku ini mungkin akan dihinggapi oleh rasa bosan karena narasinya yang monoton, orang ketiga, dan hampir tak ada dialog sama sekali, ciri khas Weyergans, dan juga hampir tak ada plot, cerita seolah mengalir begitu saja tanpa ada konflik, puncak, dan penyelesaian. Tak jauh berbeda dengan karya Régis Jauffret yang saya bahas lebih dari sebulan yang lalu di blog ini.

Namun demikian, tetap saja kisah Antoine yang berusaha membuat film dokumenter ini menarik. Bahkan sangat menarik. Berbeda dengan saat saya membaca Univers, univers nya Jauffret, membaca Le radeau de la méduse buat saya sangat mengasyikkan. Bukan sekedar mengasyikkan, buat saya Le radeau de la méduse, Weyergans bukan Gericault, adalah sesuatu yang saya impikan selalu: menceritakan pengalaman interior saya sendiri dalam menikmati sebuah karya seni (lukisan, puisi, sastra) dengan indah dan dapat dinikmati banyak orang.

***

1980-an. Antoine diminta untuk membuat film tentang Le radeau de la méduse untuk ditayangkan di televisi, karya Gericault. Antoine adalah seorang sutradara Parisien perfeksionis yang hendak mengerjakan karya ini dengan sempurna. Dalam pembuatan skenario dokumenter ini, pembaca dibawa ke dalam dunia Antoine, kisahnya tentang pasangannya Nivea, perempuan Brazil, dan dua mantan istrinya Agnes dan Catherine. Antoine tengah menjalani proses perceraian dengan Agnes. Perceraiannya terjadi sejak ketidakcocokan antara Antoine dengan Agnes sejak Agnes melawat ke Tibet dan menjalankan agama Budha. Orang tua Antoine masih hidup dan ayah Antoine adalah penggemar berat sejarah. Ia sering menelepon anak-anaknya untuk menceritakan fragmen sejarah yang ia sangat sukai.

Interaksi Antoine dengan Nivea, orang tuanya, saudara-saudaranya selama proses pembuatan film ini, diiringi pemikiran-pemikiran Antoine, membuat novel ini sangat menarik. Antoine adalah tokoh yang memiliki kemiripan dengan Weyergans. Mungkin dalam novel ini, Weyergans berusaha bercerita tentang lukisan Gericault dan penghayatan personalnya tentang lukisan itu.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home