Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Friday, November 18, 2005

Un Chien Andalou & L'Age d'Or (Apa? Luis Bunuel? Serius?)

Un Chien Andalou(1929) dan L'Age d'Or (1930) dua film yang dikerjakan oleh Luis Bunuel dengan berkolaborasi dengan Salvador Dali. Keduanya adalah film hitam putih surealis yang berusaha memunculkan film dengan menembus batas logis dan tak logis.

Un Chien Andalou berdurasi 17 menit, sedangkan L'Age d'Or sekitar satu jam. Saat dimunculkan, keduanya menimbulkan skandal karena unsur kekerasan dan fantasi seks yang menyimpang yang ditampilkannya. Sekarang tentunya kedua karya itu lebih dapat diterima.

Un Chien Andalou --film bisu -- dimulai dengan seorang laki-laki di sebuah balkon, dengan sebuah silet ia menyilet mata seorang wanita, gambar penyiletan dicampur dengan gambar bulan yang tertutupi awan, tapi tetap penyiletan ditampilkan nyata. Delapan tahun kemudian, seorang laki-laki (yang sepertinya laki-laki yang sama dengan laki-laki di balkon) bertelinga aneh dan berkalungkan sebuah kotak misterius bergaris-garis diagonal mengalami kecelakaan sepeda. Si wanita -- entah mengapa bermata normal -- menolongya. Lubang hitam di tangan sang laki-laki. Puluhan semut hitam keluar dari lubang tangan. Seorang wanita di luar bermain-main dengan potongan tangan. Si wanita akhirnya memasukkan tangan tersebut ke kotak misterius bergaris-garis diagonal. Entah mengapa ia tetap di tengah jalan. Dari apartemen, wanita dan laki-laki dari sepeda memperhatikannya. Si wanita takut melihat wanita misterius itu tetap di tengah jalan penuh mobil lalu lalang, sedang si laki-laki senang. Akhirnya wanita itu tewas ditabrak mobil. Si lelaki puas, dan ia kemudian berusaha memperkosa si wanita. Lalu adegan-adegan absurd nyaris absolut, buah dada yang diremas si lelaki berubah menjadi pantat, mayat dua orang dan kepala keledai, semut hitam yang lagi-lagi keluar dari tangan... Tiba-tiba film melompat ke jam tiga malam, untuk akhirnya lompat lagi ke belakang, belasan tahun lalu...

Kalau Un Chien Andalou hampir sepenuhnya diisi oleh adegan-adegan absurd, L'Age d'Or -- salah satu film awal yang bersuara-- banyak mencampurkan adegan realis. Dalam film ini, misalnya, tak ada adegan sebanding dengan semut hitam yang keluar dari lubang tangan. Tapi, adegan-adegan kekerasan yang absurd, banyak muncul di film ini. Tema cinta dan fantasi seks lebih mendominasi. Cerita dimulai dengan gaya dokumenter tentang kalajengking, yang ditutup dengan pertempuran kalajengking dan tikus besar. Kemudian, tentang sekelompok orang di daerah terisolasi. Muncul di sini beberapa pemuka agama, rahib, berdiri begitu saja, entah apa yang mereka lakukan di sana. Sekumpulan bourjouis datang ke tempat itu, bertemu dengan sekelompok rahib yang telah berubah menjadi tengkorak berjubah. Teriakan wanita. Seorang lelaki berusaha memperkosanya. Para bourjouis itu kemudian memisahkan mereka. Dua orang menggiring laki-laki pemerkosa. Tempat itu kemudian berubah menjadi Roma, ribuan tahun kemudian. Sedikit dokumenter tentang Roma, kemudian dua orang menggiring laki-laki. Dua orang yang sama dengan adegan sebelumnya, dan lelaki yang digiringpun lelaki yang sama. Si tergiring berhasil melepaskan diri dari penggiringnya dan berhasil masuk ke sebuah pesta bourjouis. Seorang wanita. Wanita yang sama dengan yang diperkosanya. Sebuah tembakan dari luar. Seorang laki-laki membunuh anak kecil dengan senapannya. Pesta berlanjut setelah rasa ingin tahu terpuaskan... Meski tak ada adegan 'semut keluar dari lubang tangan', di film L'Age d'Or ini, muncul adegan-adegan yang menentang rasionalitas. Sebagai contoh, seekor sapi --ya, sapi, bukan kucing atau anjing-- yang duduk di atas tempat tidur. Ada pula adegan fetiche , seperti seorang menciumi kaki sebuah patung. Ada pula adegan anti religius, seperti rahib yang dilempar keluar dari sebuah ruangan di lantai dua, dan masih ada beberapa lagi.

Kedua film surealis Bunuel ini provokatif, tapi layak ditonton -- oleh orang dewasa dan tak berpenyakit jantung, dan tak dipenuhi oleh prejudgement -- untuk memahami sebuah aliran tersendiri di film: surealisme, apapun itu artinya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home