Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Wednesday, November 02, 2005

Kalam 2005

Kalam is an Indonesian yearly cultural journal published by UtanKayu Community. This post exposes my personal appreciation on the 2005 edition of the journal.

Saya sudah lupa kapan terakhir kali saya baca Kalam, yang jelas waktu itu masih berbentuk majalah, bukan buku seperti sekarang. Tapi, Kalam tetap Kalam, tetap bagus dan tajam, baik ketika ia berbentuk majalah ataupun buku. Saya dapatkan Kalam 2005 ini dari stand grafitti di pameran buku di Bandung, Agustus lalu. Sebenarnya sudah lama saya baca dan baca ulang beberapa artikel di jurnal ini, tapi baru sekarang saya bisa menulis tentangnya.

Sastra Bandingan menjadi tema Kalam kali ini. Jurnal ini dibuka oleh artikel Manneke Budiman yang bercerita sedikit tentang apa itu sastra bandingan, Tentang Sastra Bandingan. Kemudian dilanjutkan oleh tulisan Nirwan Dewanto, Pembacaan Dekat atau Jauh? , sebuah artikel yang berusaha menjelaskan posisi pembacaan jauh dalam mengapresiasi karya sastra. Artikel yang sangat menarik dan indah sekaligus, agak mengejutkan membaca karya akademis dengan menggunakan banyak metafora. Kemdian, dilanjutkan dengan tiga artikel yang membandingkan dua karya sastra yang berbeda latar belakang budaya dan waktu. Artikel Tragedi Buah Apel: Seks dalam Karya Ayu Utami dan Erica Jong oleh Lisabona Rahman bahkan melakukan pembandingan atas dua karya sastra yang ditulis dalam bahasa yang berbeda. Dua yang lainnya adalah Ambivalensi Naratif dan Transisi Sosial: Lady Chatterley's Lover dan The Satanic Verses dan Gender dan Asia: Shanghai Baby dan Andrew and Joey oleh Intan Paramaditha untuk yang pertama, dan oleh Ari Jogaiswara et. al untuk yang kedua.

Artikel Lisabona Rahman menurut saya cukup menarik; demikian pula karya Intan Paramaditha. Tapi, membandingkan Lady Chatterley's Lover (LCL) dan The Satanic Verses (TSV) menurut saya agak mengada-ada, karena keduanya hampir tak memiliki kesamaan, selain kesamaan penerbit (itupun tergantung dari mana dan kapan kita melihatnya), dan kesamaan bahwa kedua buku ini mengalami pelarangan, meski tidak menyeluruh untuk The Satanic Verses. Mungkin itu yang membuat saya tidak mengerti tulisan Ari Jogaiswara et. al. Ambivalensi naratif memang nyata di karya Rushdie, tapi saya pikir tidak di DH Lawrence. Transisi sosial mungkin kental di LCL, tapi saya pikir tidak demikian halnya dalam TSV.

Ketiga artikel di atas bukanlah yang paling menarik buat saya. Artikel Mikihiro Moriyama Dari Manuskrip ke Cetakan: Sastra Sunda Paruh Kedua Abad ke-19 dan artikel Michael Rinaldo Rilke dan Chairil: Etos Kerja, Terjemah, Silang Tema, buat saya jauh lebih menarik dan ditulis dengan sangat baik. Artikel Moriyama menjelaskan perubahan dalam sastra bahasa Sunda oleh hadirnya cetakan: bagaimana karya sastra yang pada awalnya dibuat untuk dibacakan keras-keras berubah menjadi karya sastra yang dibaca banyak orang dalam keheningan. Artikel Michael Rinaldo menunjukkan betapa menariknya karya terjemahan Chairil Anwar.

Sayang sekali, tak ada cerpen menghiasi jurnal ini, tidak seperti biasanya. Sulit untuk mencari cerpen yang baik?

Baiklah, saya tunggu penerbitan Kalam 2006.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home