Wednesday, November 09, 2005
Or atau Mon Trésor Ibu, anak perempuan, hidup
Mon Trésor (judul Asli: Or, harta berhargaku secara harfiah). Film Keren Yedaya. Israel. Bahasa film: Prancis. Bahasa asli: Hebrew. Pemenang Camera d'Or Festival de Cannes 2004.
J'espère qu'avec ce prix nous pourrons construire une maison pour les femmes qui veulent quitter la prostitution. Saya berharap dengan hadiah ini, kami dapat membangun rumah untuk para wanita yang ingin keluar dari prostitusi.
Cela m'est très difficile de dire ça parce que je viens d'Israël et nous sommes responsables aussi des souffrances et de l'esclavage de plus de trois millions de Palestiniens. Sesungguhnya sangat sulit buat saya untuk mengatakan itu, karena saya datang dari Israel dan kami bertanggung jawab atas penderitaan dan perbudakan lebih dari tiga juta warga Palestina.
Begitulah pidato Tom Roth, kamerawan film Or ini, sewaktu ia dianugerahi penghargaan di Cannes. Sulit rasanya bicara tentang Israel tanpa mengkaitkannya dengan konflik Palestina, terbukti dari pidato Tom Roth ini, tapi film ini sama sekali tak ada kaitannya dengan konflik Israel-Palestina.
Protagonis film ini adalah dua wanita, Ruthie dan anak perempuannya, Or (cahaya dalam bahasa Hebrew), yang tinggal di sebuah apartemen sangat sederhana di Tel Aviv. Ruthie sang ibu, bersifat kekanak-kanakan, berlawanan dengan sifat anaknya meski usianya yang masih muda, 17 tahun. Untuk dapat bertahan hidup, Or bekerja di sebuah rumah makan dan juga memunguti botol-botol bekas untuk dijual, sedangkan Ruthie telah 20 tahun hidup di trotoir sebagai prostitusi. Ketika tidak bekerja, Or pergi ke sekolah sedapatnya.
Cerita dimulai saat Ruthie keluar rumah sakit akibat aktivitas prostitusionalnya. Or berketetapan hati untuk tidak lagi membiarkan ibunya bekerja di trotoir. Ia menemukan pekerjaan normal untuk ibunya, pembantu rumah tangga di kediaman salah seorang kenalan mereka. Namun, kehidupannya di trotoir di malam hari tak dapat ditinggalkannya begitu saja, meski menghadapi tantangan keras Or. Rok super mini, pakaian super seksi, tak dapat ditinggalkannya begitu saja. Or sendiri, di tengah kesibukan harinya bersekolah, bekerja di rumah makan, dan memunguti botol-botol, menyukai pula laki-laki. Ia sering bercinta dengan anak laki-laki sebaya tetangganya, mungkin untuk menghilangkan stress kehariannya dan perilaku ibunya.
Sampai ia bertemu dengan Ido, teman sekolahnya yang juga anak sahabat Ruthie. Or dan Ido kemudian jatuh cinta. Suatu ketika, ibu Ido datang ke kediaman Ruthie untuk menyatakan penentangannya pada kedekatan anak mereka, karena menurutnya Or terlalu banyak berhubungan dengan laki-laki, mungkin meski tidak secara terang-terangan, ia mengkaitkan pula perilaku ibunya. Or dan Ido tak mungkin bisa berjalan baik, anggapnya. Reaksi Or dan atas penolakan ini dan juga terhadap kelakuan ibunya menghiasi film iniselanjutnya.
Film ini adalah jenis film yang membuat penontonnya tak merasa nyaman karena sikapnya yang menampilkan gambar apa adanya. Ia menampilkan sisi gelap kehidupan warga miskin Tel Aviv dan bagaimana sulitnya orang keluar dari lingkaran prostitusi. Masalah keuangan, makan dan uang sewa apartemen, memaksa mereka untuk hidup di trotoir. Tak mudah meninggalkannya begitu saja. Ruthie berusaha melupakannya dengan sikapnya yang kekanak-kanakan, sedangkan Or tak dapat lari begitu saja dari lingkungannya, meski usaha keras yang ia lakukan.
Pengambilan gambar di film ini menarik. Sering kali adegan terjadi di pinggir layar, atau bahkan di luar, memaksa penontonnya untuk 'mencari' para pelaku adegan. Selain menampilkan keindahannya sendiri, mungkin ini adalah usaha sutradara untuk menimbulkan kesan bahwa adegan tersebut adalah dekorasi, sedangkan bahasan utama adalah lingkungan tempat adegan itu berada.
Film dengan nilai kemanusiaan yang menarik untuk ditonton.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home