Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Friday, January 13, 2006

Berkenalan dengan sejarah Turki La Turquie : De l'Empire ottoman à la République d'Atatürk (1/2)


Judul: La Turquie : De l'Empire ottoman à la République d'Atatürk
Penulis:Thierry Zarcone
Penerbit: Gallimard
Seri: Decouvertes Histoire
Tebal: 160 halaman , termasuk annex.
Tahun: 2005

Buku berjudul La Turquie : De l'Empire ottoman à la République d'Atatürk adalah buku kecil berguna untuk perkenalan sejarah Turki. Orang sering memandang salah Turki. Ada yang menganggap bangsa Turki adalah bagian dari ras Arab. Ada yang menganggap Turki adalah negara berasas Islam, dengan segala fantasi seputarnya. Begitu orang-orang tersebut datang ke Istanbul kemudian mereka dikejutkan dengan kemodernan Turki. Tapi, di lain pihak, Istanbul mungkin tidak menggambarkan Turki sepenuhnya.

Saat ini Turki tengah dalam negosiasi dengan uni Eropa untuk bergabung ke dalamnya. Statusnya sebagai negara yang berpenduduk sebagian besar beragama Islam menimbulkan rasa takut bagi banyak warga Eropa. Demikian pula dengan anggapan bahwa Turki tidaklah demokratis, dan pengaruh militer begitu kuatnya.

Ketika bicara sejarah Turki, samar-samar kita mendengar nama Ataturk yang di Indonesia dikenal sebagai tokoh modernis yang agak menakutkan, sering dikarikaturisasi dengan digambarkan sebagai orang yang mengganti azan dari bahasa Arab ke bahasa Turki. Samar-samar pula kita melihat bagaimana Turki menjadi sekutu penting Amerika Serikat, sejak dari bergabungnya ke NATO sampai peran pentingnya dalam perang Irak.

Namun, bila kita hendak masuk lebih dalam dan menepis seluruh stereotipe dari kedua belah pihak, mungkin kita akan menemukan Turki yang menarik. Jadi hewan apakah Turki itu sebenarnya?

Buku La Turquie : De l'Empire ottoman à la République d'Atatürk memperkenalkan pembacanya pada sejarah Turki.Buku ini dibagi tiga bagian, Ottoman dan Turki Muda, Ataturk, dan Pasca Ataturk. Karena keterbatasan referensi, kebanyakan nama tidak akan diterjemahkan, tetap dijaga versi Prancis.

Masa Ottoman (1071-1918)

Sejarah Ottoman dimulai sejak kekalahan Byzantine di perang Malazgirt 1071 oleh bangsa Turki yang secara kebudayaan dekat dengan Iran. Di awal abad XII, Konya menjadi kota maju negara yang baru ini. Orang Eropa menamai wilayah negara baru ini dengan nama "Turchia". Pada abad XII dan XIII ini khalifah Turki menerapkan syariah Islam beraliran hanafiah, dan beberapa mesjid dan madrasah didirikan di kota Nicée, Konya, Sivas, dan Kahraman. Pada masa ini pula dikenal sufi terkenal Jalaludin Rumi (meninggal 1273), dan Sadruddin Konevi murid Ibn Arabi.

Kerajaan baru ini kemudian diruntuhkan oleh invasi Mongol, dan dari reruntuhan kesultanan ini kemudian muncul Osman Oglu, cikal bakal Ottoman.

Di akhir abad XIII, Osman lalu kembali melakukan serangan terhadap Byzantine, dan berakhir dengan runtuh totalnya Byzantine ditandai dengan jatuhnya Konstatinopel tahun 1453 di bawah sultan Mehmet II. Pada saat itu, sebagian Eropa Timur seperti Bulgaria, Serbia, dan Bosnia telah jatuh ke tangan Turki Osmani. Kejayaan dinasti Osmani ini menjadi sangat signifikan di bawah Sulaiman the Magnificent (1520-1566). Di bawahnya, Arab, Yaman, Irak, dan sebagian Mesir dikuasai. Ia bahkan berusaha menduduki Vienna tahun 1529, namun tak pernah berhasil.

Kehidupan keberagamaan, terutama Islam, pada zaman ini dibagi menjadi empat aliran. Yang pertama, yang menerapkan syariat Islam. Kemudian, golongan sufi. Ketiga, orang-orang yang masih menjaga tradisi lama mereka tapi tetap memeluk Islam superfisial. Keempat, filsuf Islam yang mengadopsi ide-ide Avicenna dan Averroes dari Andalusia.

Akhir abad XVI, dinasti mulai menunjukkan kemundurannya. Tahun 1683, Vienna kembali dicoba untuk ditaklukkan, namun kembali gagal. 1699, Hongaria dan kemudian Bulgaria lepas. Kekalahan-kekalahan ini ditambah dengan ancaman kekuasaan bangsa Rusia membuat dinasti ottoman berpaling ke Eropa untuk bekerja sama, terutama di bidang militer. Prancis menjadi sahabat dinasti, dan bahasa Prancis mulai dipelajari di Turki.

Interaksi dengan Eropa membuat Turki memodernisasi diri, dimulai dari masa Abdulhamid I (1774-1789), Selim III (1789-1807), dan dilanjutkan oleh Mahmud II(1808-1839). Pada masa Mahmud II ini agama mulai dijauhkan dari masalah-masalah kenegaraan, peran ulama di sekolah mulai dikurangi. Modernisasi itu kemudian semakin jauh di masa Abdulmecid I (1839-1861) yang mengeluarkan deklarasi hak manusia a la Turki yang memberikan kebebasan total beragama, dan diskriminasi berdasarkan agama, bahasa, dan etnis dilarang.Di bawah Abdulhamid II (1876-1908), Turki memiliki konstitusi dan parlemen. Meski demikian, pengaruh Sultan masih cukup besar dan Abdulhamid II dikenal sebagai pimpinan yang kuat.

Tahun 1908, Turki muda berhasil meraih kekuasaan. Mulai tahun 1911, krisis diplomatik melanda Turki. Mulai dari konflik Tripoli dengan Italia, dan perang dunia I melawan Prancis dan Inggris. Di masa inilah terjadi genocide Armenia yang terkenal itu, tepatnya pada tahun 1915. Genocide ini ditujukan untuk menghindari dukungan suku Armenia pada Rusia yang juga masuk ke dalam konflik dengan Turki. Tak kurang dari 800 ribu Armenia (menurut sejarawan Julian Mc Carthy) jadi korban. Tahun 1916, ketika Erzurum jatuh ke tangan Rusia, giliran milisi Armenia yang melakukan pembalasan pada muslim Turki.

Akhirnya, pada tahun 1918, dinasti Ottoman berakhir, dan Turki dikuasai oleh Prancis, Inggris, Italia, dan Yunani.

Masa Ataturk (1920-1938)
Antara tahun 1918-1919, sebagian wilayah Turki berada di bawah kontrol kekuatan asing, yakni Inggris, Prancis, dan Italia. Sultan Vahideddin Mehmed VI berada di bawah pengaruh kekuatan asing ini.
Pada tahun 1919, Yunani ikut menduduki wilayah Turki, yang merupakan pukulan besar. Pukulan lain kemudian muncul tahun 1920, ketika sultan menandatangani perjanjian Sevres, yang akan membatasi kekuasaan Turki hanya pada daerah Anatoli Sentral.

Mustafa Kemal, lahir tahun 1881, saat itu merupakan pahlawan muda perang . Kepatriotisannya pada perang 1916, membuatnya populer. Untuk mengurangi popularitasnya, Sultan mengirim Mustafa Kemal ke Samsun, dekat laut hitam. Di sana ia menggalang kekuatan nasionalis dan tahun 1919 dan berhasil menguasai parlemen di Ankara.Bahkan pada tahun 1921, konstitusi sementara berhasil dirampungkan oleh parlemen. Kekuatan Mustafa Kemal ini bercirikan anti pendudukan, dan karenanya merupakan tantangan langsung bagi kesultanan yang berkedudukan di Istanbul.

Istanbul bereaksi dengan memutuskan hukuman mati bagi Kemal. Sultan didukung oleh para pemuka agama yang bahkan mengeluarkan fatwa untuk membunuh Kemal. Namun, setelah perjanjian tahun 1920 di Sevres, kaum agama merasa dikhianatai dan berbalik mendukung Kemal. Lalu, Kemal kemudian mengambil kesempatan ini dan menggalang kekuatan religius untuk menentang kekuatan pendudukan. Tahun 1921 mulailah ia memimpin perang kemerdekaan. Prancis dan Italia telah menarik diri sebelum perang dimulai dengan dijanjikan berbagai kemudahan. Jadi, perang kemerdekaan lebih ditujukan kepada kekuatan Yunani. Kemenangan diraih oleh Turki dari Yunani, meski harus dibayar dengan harga yang cukup mahal. Tahun 1922, giliran kekuatan Inggris yang menarik diri pada bulan Oktober. Turki meraih kemerdekaan dan wilayahnya kembali. Armenia dan Kurdipun tak mendapatkan kemerdekaan mereka. Keduanya masih di bawah Turki.

Pada tahun 1922 itu pula, Mustafa Kemal menetapkan bahwa sultan hanyalah bersifat simbolis religius, tidak lagi kenegaraan. Sultan kemudian dipegang oleh Abdulmecid II, sultan terakhir Ottoman. Tahun 1923, Mustafa Kemal menjadi presiden.Tahun 1924, ia mengakhiri kesultanan, dan menetapkan konstitusi baru. Umat Islam Turki terkejut karena mereka kehilangan representasi.

Meski telah mengakhiri kekhalifahan, Mustafa Kemal masih harus menghadapi tantangan dari rekan-rekannya sendiri selama perang yang tidak setuju dengan pelarangan kekhalifahan itu. Ia juga masih harus menghadapi pemberontakan Kurdi, di bawah Syekh Said. Untuk mengatasi itu semua, Mustafa Kemal bertindak keras dan menjadi otoriter. Sejumlah koran dilarang dan beberapa partai dibubarkan.

Ideologi Kemalis mengambil bentuknya mulai tahun 1927 sampai 1931 untuk kemudian dimasukkan ke dalam konstitusi. Enam anak panah: republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekulerisme, dan revolusionerisme. Tahun 1928 dihapuskannya dasar negara Islam dari konstitusi Turki.

Sepanjang tahun 1924 - 1935, beberapa reformasi terhadap Islam -- beberapa agak brutal -- dilakukan.1925 dibubarkannya pengadilan agama dan ditutupnya madrasah-madrasah. Sufi dilarang. Fez dan Turban dilarang. 1928 huruf arab diganti dengan huruf latin. 1932 azan harus dilakukan dalam bahasa Turki. 1934, nama keluarga diharuskan mengadopsi Eropa. Sejak saat itulah Mustafa Kemal menjadi Ataturk. Tahun 1935, hari Minggu menjadi hari libur.

Mesti diingat bahwa Ataturk tak bertujuan untuk menghapuskan Islam. Ia ingin memisahkan Islam dari kehidupan publik. Tapi, ia tak pernah dilarang, hanya dikontrol oleh negara.

Tahun 1938, Ataturk meninggal.
(Bersambung)


7 Comments:

Anonymous Anonymous said...

menarik, ada edisi indonesianya ngga pa?

7:11 am  
Blogger anriz said...

Versi Indonesia buku ini sepertinya nggak ada. Tapi ada buku minimal satu buku sejarah Turki yang ada bahasa Indonesianya."Sejarah Modern Turki", Eric J. Zurcher, 2003, GPU.

8:02 am  
Anonymous Anonymous said...

C'est toujours la littérature "lourde" que vous lisez? Ca m`etonne

Enchanté.

salut de la terra australe

2:37 pm  
Blogger anriz said...

Enchanté macchiato. Ca va en australie?

T'es indonésien? italien? canadien?

Littérature lourde? Je ne sais pas vraiment. C'est tous les livres que j'ai pu trouver...:-)

4:55 am  
Anonymous Anonymous said...

Assalamu'alaikum.

Menarik blog Anda. Ulasan tiga bahasanya cukup menggelitik dan berbobot.

Thank's

Dave Kahlil

12:02 am  
Anonymous Anonymous said...

oui oui ...
semoga maas arniz semakin sukses. amin.
mas, rupanya anda peminat sejarah turki juga. wah wah wah, akan menjadi kebahagiaan bagi saya andai mas arniz menjadi kawan diskusi. kebetulan saya juga sedikit banyak tertarik dengan oriental studies.

tabik,

atjeng
caire
www.friendster.com/moguceng

1:17 pm  
Anonymous Rahmat said...

Ulasan yang menarik..

Kebetulan saya juga sedang penelitian untuk hal ini.

Mohon bantuannya,
Apakah untuk buku yang dimaksud (Sejarah Modern Turki, Eric J. Zurcher, GPU) anda masih punya?

Atau punya rekomendasi beli dimana?

Saya butuh buku tersebut untuk salah satu referensi..

Bagi yang memiliki, mohon bantuannya ke rahmat.erricsson@gmail.com.

Terima kasih

11:28 am  

Post a Comment

<< Home