Faire une Pause - Timeout - Rehat

The blog contains mainly my reading activity, -- in broader sense, it includes watching film for example -- experience and my personal appreciation on what I read. Basically, I will read books in one of the three (so far) languages: Indonesian, English, French, then I will write the comment on other language than the text I read, at least I'll try to do so.

o

Thursday, November 04, 2004

Baca Kant

Ceritanya saya sedang tertarik Kant. Ketertarikan itu sebenarnya bisa dilacak sejak waktu masih kuliah dulu, walaupun tidak langsung. Dulu waktu kuliah saya sempat baca buku tentang Habermas terbitan Kanisius. Sekarang sudah lupa judul bukunya. Terus lagi, dulu beberapa teman senang sekali mengutip tokoh-tokoh sekolah Frankfurt , Habermas dan klannya itu. Belakangan saya lalu tahu bahwa sekolah Frankfurt itu sering disebut-sebut sebagai neo-Kantianisme.

Terus, selama musim panas kemarin, saya baca bukunya Russell, The History of Western Philosophy. Di buku itu bab tentang Kant sangat menarik. Yang bikin saya tertarik pada mulanya adalah perbedaan mengenai a priori dan empiris. Sekarang, saya tidak terlalu bisa menjelaskan apa bedanya, tapi yang jelas ada hal-hal yang bisa diketahui semata-mata dari pemikiran, tanpa harus melalui pengalaman -- apriori , ada juga yang bisa diturunkan dari pengalaman. Lalu, yang menarik lagi adalah konsep transendental idealismenya yang mudahnya cerita bahwa apa saja yang kita dapat dari pengalaman tidak dapat dianggap sebagai 'things in themselves' karena pengetahuan kita terbatasi oleh mode kita mempersepsi pengalaman itu.

Yang juga menarik dari Kant menurut Russell adalah pengaruhnya pada modern-philosophy, walaupun Russell sendiri tidak setuju menganggap Kant sebagai filosof modern terbesar. Juga dari buku Russell ada cerita tentang bagaimana teraturnya hidup Kant dan keteraturannya sempat berhenti sewaktu dia membaca Emile nya Rousseau.

Tapi, sepertinya Russell tidak terlalu setuju dengan Kant., tapi saya belum paham ketidaksetujuannya itu. Mungkin saya harus baca lagi Russell juga, atau buku-bukunya yang lain. Tapi sementara ini, cukuplah Kant dulu.

Karya Kant juga terkenal sebagai karya yang tidak mudah dibaca, karena memang Kant menulis bukan untuk kebanyakan orang, tapi untuk kalangan akademis filosofi. Sepertinya memang tidak mudah, apalagi buat orang seperti saya yang berlatar informatika, jadi mungkin butuh waktu untuk bisa mengerti sebagian saja. Tapi, tak apa-apa, saya tidak buru-buru, kok.

Nah, begitulah. Semua itu membuat saya tertarik lagi dengan Kant. Sekarang; saya sedang baca buku Gardner dari Routledge soal Kant dan bukunya Critique of Pure Reason:
Routledge Philosophy Guidebook to Kant and the Critique of Pure Reason . Kesan pertama soal buku ini lumayan, tapi begitu membahas bab Analytic, wah, saya benar-benar tidak bisa lagi mengikuti. Tapi, tidak apa-apa, baca terus, nanti mudah-mudahan akhirnya mengerti.
Soal buku Gardner ini, saya bakal cerita lagi lain kali.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home